“Jika menganggap bahwa Tuhan itu ada dalam setiap kesuksesan, itu tanda bahwa kita akan menghadapi kesuksesan lainnya”. (Mayjen TNI. Agus Rohman)
Catatan: Mohamad Ikhsan Tualeka, S.IP, M.I.K
Lewat pesan pendek dari telepon seluler, saya atur janji dengan sosok yang satu ini. Dalam kalimat yang rendah hati beliau meminta jika ada waktu dan berkenan kami bisa bertemu besok siang pukul 11.00 WIT. di Makodam Pattimura.
Siang itu, Kamis, 14 Januari 2021, saya tiba di depan ruang kerjanya, ada 3 orang staf yang menyambut di ruang tunggu. Tak beberapa lama kemudian saya diminta masuk, di dalam ruangan, seorang Jenderal bintang dua menyambut dengan hangat, walau separuh wajah masih tertutup masker, namun terlihat betul dari guratan di ujung mata ada senyum yang merekah.
Ini memang pertemuan perdana kami. Sang Jenderal membuka percakapan dengan lugas, memperkenalkan sedikit latar belakang penugasan, kemudian menjelaskan berbagai inisiatif yang telah dilakukan sejauh ini setelah diamanahkan memimpin Kodam Pattimura, sejak Juli 2020, yang teritorinya meliputi Maluku dan Maluku Utara.
Dari penjelasan dan uraian di awal pertemuan itu, terlihat ada fokus dan perhatian yang besar terhadap tiga isu, lingkungan hidup, prestasi olah raga dan aspek religiusitas dalam setiap aktivitas. Sesuatu yang saya kira penting untuk menjadi paradigma dari semua kalangan yang hidup di era kekinian.
Isu lingkungan menjadi persoalan mendasar hari-hari ini. Kerusakan lingkungan menjadi penyebab utama sejumlah bencana alam. Longsor, banjir, biota laut yang mati dan menjadi tak layak dikonsumsi hingga rusaknya ekosistem adalah fakta yang terjadi akibat minimnya rasa cinta dan kepedulian terhadap lingkungan.
Sungguh persoalan lingkungan betul-betul menjadi perhatian dan kekhawatiran Panglima dari Bandung Selatan ini. Pria yang bernama lengkap Mayjen TNI H. Agus Rohman, S.I.P., M.SI. ini dalam soal lingkungan bahkan berpesan: “Jangan sakiti alam, bila tak mau alam menyakiti kita”,
Satu pesan moral yang teramat dalam agar kita bersama lebih peduli terhadap kelestarian alam. Dan bahwa alam tak pernah salah, kita manusia sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi yang kerap bersalah, menyakiti alam, sehingga alam kerap berbalik dan akhirnya menyakiti kita dalam berbagai bencana.
Mantan Ajudan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ini pun menunjukan kekagumannya terhadap alam Maluku. Tapi dibalik itu, dirinya juga mengekspresikan kekhawatirannya terhadap alam Maluku yang mulai rusak karena minimnya kepedulian terhadap lingkungan.
“Mas Ikhsan, saya betul-betul kagum terhadap alam Maluku ini, indah sekali, laut pantai dan pegunungannya membuat lanskap Maluku terlihat lengkap, tapi mulai ada kekhawatiran, misalnya kalau menyelam di Teluk Ambon dan sekitarnya, sampah dalam berbagai jenis berserakan, mulai dari kulkas, televisi hingga bekas peralatan kebutuhan masyarakat lainnya”, jelas Jenderal Agus.
Menurutnya, itu tentu adalah ulah dari tangan-tangan manusia yang kurang bertanggung jawab, hingga tega menyakiti alam. Pihaknya kerap melakukan aksi bersih laut oleh para penyelam Kodam Pattimura, tapi setiap membersihkan, selesai itu sampah menumpuk lagi seperti tak ada habisnya.
Selain persoalan lingkungan, hal menarik lainnya dalam diskusi kami siang itu adalah mengenai pandangan Jenderal yang dikenal mampu mengangkat prestasi Prajurit TNI saat memimpin Divisi Infanteri 1 Kostrad itu adalah soal perlunya melibatkan Tuhan dan segala aktivitas.
“Jika menganggap bahwa Tuhan itu ada dalam setiap kesuksesan, itu tanda bahwa kita akan menghadapi kesuksesan lainnya”, pesannya dengan wajah yang serius.
Ia juga menitikberatkan agar setiap kita mau mencari solusi pada Allah semata, bukan pada yang lain. “Saya pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia”, sebuah pesan yang punya makna yang kuat.
Karena selalu berikhtiar melibatkan Tuhan terutama dalam mencari solusi, membuat Jenderal Agus selalu mewajibkan sholat lima waktu kepada anak setiap anak buahnya. Tidak saja itu, dalam berbagai pengalaman penugasan, seperti saat masih berpangkat Mayor Inf, dan ditugaskan ke Aceh, Ia selalu mengimbau prajurit untuk tidak berleha-leha atau keluyuran di waktu senggang, tapi membaca Yasin dan doa bersama.
Perbincangan menarik lainnya dalam pertemuan yang berlangsung hampir dua jam itu adalah kekaguman Agus Rohman terhadap keramahan dan kebaikan masyarakat Maluku. Persepsi yang berbeda ia dapatkan sebelum ditugaskan di Negeri Raja-Raja ini.
“Kalau sebelum ditugaskan ke Maluku kan stigmanya orang Ambon itu (semua orang Maluku kerap dibilang orang Ambon) sangar, preman, kasar dan image yang kurang positif lainnya, tapi pas bertugas lebih dari setengah tahun ini, saya justru menemukan fakta yang berbeda 180 derajat,” ungkapnya.
Hal ini yang menurut sosok yang dikenal penyayang Ibu ini, mesti menjadi perhatian generasi muda Maluku secara umum, agar lebih maju dan tampil mengubah pandangan minor diluar sana. Setiap orang yang berpandangan keliru terhadap orang Maluku harus tahu dan menyadari kalau persepsi mereka itu salah.
”Salah satu cara yang bisa ditunjukan oleh masyarakat Maluku untuk menjawab pandangan yang kurang positif adalah dengan berprestasi, dalam hal apa saja, termasuk dalam urusan olahraga. Maluku punya potensi, tinggal bagaimana dikembangkan”, harapnya.
Jarum jam mengarah ke pukul 13.00, waktu masuk sholat Dzuhur, kita pun sama-sama memperlihatkan gesture diskusi mesti segera jeda. Sambil makan sukun goreng yang hangat, kita merencanakan sejumlah agenda, antara lain Aksi Pemuda Peduli Lingkungan dan turnamen sepak bola memperebutkan piala Pangdam Pattimura.
Di ujung pertemuan, sebelum pamit, saya dan Jenderal yang adalah pendengar yang baik itu saling menukarkan hal yang jarang terjadi. Biasanya orang bertukar kartu nama, kami bertukar buku. Buku beliau: “Panglima dari Bandung Selatan”, menarik dan inspiratif, seperti pertemuan siang itu yang juga menginspirasi.
Penulis adalah Direktur Beta Krearif dan inisiator Beta Sport