MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Waktu baru saja beranjak dari pukul 16.00 WIB. Sejumlah tokoh masyarakat Maluku di Jakarta, maupun yang datang dari Ambon, terlihat bersuka cita. Aula RA. Kartini di Kementerian Pemberdayaan Perpuan dan Perlindungan Anak, tempat acara digelar, nampak dipenuhi seratusan undangan. Mereka larut dalam suasana penuh kekeluargaan. Berjabat tangan, berpelukan, lantas saling berbagi cerita. Sesekali ada gelak tawa, ketika cerita bernuansa humor disampaikan.
Hari itu, Senin (14/5), Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Ketahanan Nasional punya gawe, menggelar acara “Bakudapa Warga Maluku Bersama Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional” sekaligus memperingati 201 tahun perjuangan pahlawan nasional asal Maluku Kapitan Pattimura yang jatuh pada tanggal 15 Mei.
Sejumlah tokoh asal Maluku yang terlihat hadir pada acara bakudapa (saling jumpa) ini antara lain, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Michael Wattimena, Wakil Ketua DPD RI Letjen TNI Mar (Purn) Nono Sampono, Dirjen PDTU Kementerian Desa dan Transmigrasi Max Y. Youltuwu, serta salah satu Deputi di Kementerian BUMN yang juga berdarah Maluku, Hambra.
Nampak pula sejumlah tokoh asal Maluku yang datang dari Ambon ikut hadir diantaranya mantan Wakil Menteri Perdagangan Alex Retraubun, mantan Rektor Universitas Pattimura Ambon Mus Huliselan, mantan Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku John Ruhulessin, serta pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku yang juga Direktur Ambon Reconciliation and Mediation Center (ARMC) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon Abidin Wakanno, aktivis gerakan Peace Provocateur (Provokasi Perdamaian) Zairin Salampessy dan tokoh pemuda Maluku Ikhsan Tualeka.
Ketua panitia acara Bakudapa Warga Maluku, yang juga adalah putra Maluku Brigjen Izaac saat mengawali acara menyebutkan, pertemuan hari itu selain untuk mempererat persaudaraan sebagai orang Maluku, juga merupakan momentum untuk mempersiapkan Sarasehan Nasional Dari Maluku Untuk Indonesia “Belajar Dari Konflik dan Damai di Maluku, Sebagai Wujud Implementasi Bela Negara”, yang akan dilaksankan Sekjen Wantannas Juli mendatang.
“Kami dari Wantannas sangat mengapresiasi kehadiran para tokoh Maluku, dan kemauan yang kuat untuk bertukar pendapat bagi kemajuan Maluku, khususnya terkait resolusi konflik dan damai, dalam kerangka Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, mewakili tokoh Maluku pada acara ini, Nono Sampono memaparkan, posisi Maluku di masa lalu, sekarang dan proyeksi ke depan. Dirinya mengurai kekayaan Maluku sebagai pemantik kolonialisme, selain konflik yang pernah menghancurkan Maluku. Dan sejumah persoalan lain yang menjadikan Maluku masih tertinggal. Dirinya berharap ada sejumlah regulasi dan keberpihakan anggaran agar Maluku bisa bangkit.
Senada dengan Nono, Sesjen Wantannas Mayjen TNI Doni Monardo menyampaikan apresiasinya terhadap pembelajaran dari Maluku, yang pernah lama dihantam tragedi kemanusiaan.
Mayjen Doni yang sempat menjabat Pangdam pattimura, memaparkan upaya-upaya yang dilakukannya bersama masyarakat, terutama pada daerah-daerah yang sebelumnya pernah berkonflik. Daerah-daerah itu kini nyaris tidak terdengar lagi saling bertikai, karena pendekatan Mayjen Doni dengan silaturahmi yang bisa dibilang sangat terpuji.
Dari pengalaman bersama masyarakat di Kepulauan Maluku (Provinsi Maluku dan Maluku Utara) inilah, yang membuatnya memunculkan gagasan Sarasehan Nasional “Dari Maluku untuk Indonesia”.
Sesi berikutnya pada acara “Bakudapa” tersebut, Rachma Fitriati dan M. Ikhsan Tualeka dari Steering Committee Sarasehan Nasional, memaparkan rencana Materi Sarasehan dengan usulan Keynote Speech serta panelis untuk sedikitnya tujuh (VII) sesi pada dua hari pelaksanaan kegiatan, yang direncanakan akan digelar di Jakarta, Senin (11/6) dan Selasa (12/6).
Sejumlah masukan untuk memperkaya muatan sarasehan disampaikan peserta “Bakudapa”, saat sesi diskusi dan tanya jawab. Acara lantas diakhiri dengan makan malam bersama. Suasana bak berada di Maluku, ketika undangan disuguhi papeda, ikan kuah kuning, sayur acar, sukun rebus, kasbi (singkong) rebus, colo-colo dan ikan tuna dan cakalang asar. Konon sebagian besar bahan makanan tersebut, baru didatangkan Sesjen Wantannas Mayjen Doni Monardo, siang hari itu, dan disantap pada malam harinya.
Sejumlah lagu Ambon didendangkan penyanyi yang ada, membuat acara bersilaturahmi sambil berbagi cerita ala Wantannas itu, benar-benar berkesan. Sampai jumpa di Sarasehan Nasional Dari Maluku Untuk Indonesia “Belajar Dari Konflik dan Damai di Maluku, Sebagai Wujud Implementasi Bela Negara”, awal Juli nanti.(MH)