MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Blunder penggunaan senjata api (senpi) oleh anggota Polri di Bengkulu dan Sumatera Selatan (Sumsel), jadi atensi Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Khususnya, terkait kemampuan diskresi anggotanya yang dinilai kurang optimal. Imbasnya, menyebabkan korban meninggal dunia akibat salah tembak.
“Kebetulan di sini ada para Kapolda. Bicara masalah yang ada di Bengkulu dan Sumsel, maka ada akar masalah penting, yaitu diskresi,” kata Tito usai memimpin serah terima jabatan enam Kapolda di Rupatama Mabes Polri, Jumat (27/4).
Lulusan terbaik Akpol 1987 itu menegaskan, kemampuan menguasai diskresi ini harus benar-benar dikuasai anggota Polri. Mulai dari pangkat terendah hingga yang paling tinggi.
“Harus bisa menilai suatu peristiwa, menentukan opsi apa yang harus diambil, mengambil tindakan yang cepat dan tepat dalam menjaga kepentingan publik, petugas dan masyarakat,” papar Mantan Kadensus 88 Antiteror tersebut.
Untuk diketahui, sebelumnya dua kasus penembakan yang menewaskan warga sipil terjadi di wilayah hukum Polda Sumsel dan Bengkulu.
Kasus di Sumsel, Brigadir K diduga memberondong mobil berisi tujuh penumpang saat tengah melakukan razia, Selasa (18/4) lalu. Akibat insiden tersebut, satu orang orang tewas dan lima lainnya luka-luka.
Sementara itu, di Bengkulu, blunder penggunaan senpi oleh anggota Polri menewaskan seorang bocah bernama Bagas Alvravigo (14). Pelajar kelas II SMP itu tewas ditangan ayahnya sendiri, Ajun Inspektur Dua Bekti Sutikno akibat tertembak di bagian bahu karena disangka maling, Rabu (26/4) dinihari. (Cecep Gorbachev)