Paska Pilkada Jakarta, Jangan Benturkan KeIndonesiaan Versus KeIslaman
Oleh : Denny JA
Marcus Garvey tokoh kontroversial. Namun tetap ada kutipan darinya yang layak dikenang. Ujarnya membangun sistem pada sebuah bangsa, tapi tidak mengambil elemen terbaik kultur dominan bangsa itu, sama dengan menegakkan pohon tanpa akar.
Dengan kata lain, itu bukan saja pekerjaan yang sia-sia. Namun itu kebodohan paling elmenter. Sistem apapun yang akan ditegakkan disana justru akan dilawan oleh mayoritas masyarakatnya sendiri. Perlawanan itu akan sangat kokoh karena didukung oleh kultur yang sudah mengakar.
Berangkat dari kutipan itu, kitapun melihat Indonesia paska pilkada Jakarta. Membangun Indonesia modern, membangun keberagaman, tanpa menegaskan kesamaannya dengan interpretasi terbaik dari kultur dominan di Jakarta (Indonesia), itu sebuah blunder yang fatal!
Mayoritas masyarakat harus justru harus diyakinkan. Sistem politik yang ingin kita bangun itu sejalan belaka dengan pemahaman terbaik keyakinannya. Platform nasional yang ingin ditegakkan hanyalah ekspresi berbeda dari interpretasi terbaik kulturnya sendiri.
Namun apakah kultur dominan di Indonesia yang tak boleh diabaikan?
-000-
LSI Denny JA sudah melakukan survei nasional berkali-kali sejak tahun 2005 hingga tahun ini, 2017. Dua fakta kultural ini harus selalu dijadikan referensi.
Pertama, agama dalam batin publik Indonesia sangat mendalam. Pemahaman mereka atas ajaran agama akan mewarnai orientasi, pilihan dan pedoman prilaku. Hanya dibawah 20 persen dari rakyat Indonesia yang menyatakan (self-claim) agama tidak menjadi bagian penting aktivitas pribadi dan publiknya.
Kedua, Demokrasi Pancasila, apapun definisinya, dianggap lebih dari 70 persen rakyat Indonesia sebagai platform nasional Indonesia yang paling mereka pilih.
Walaupun mayoritas rakyat itu Muslim, hanya dibawah 10 persen populasi Indonesia yang menginginkan negara Islam. Dan ternyata hanya di bawah 10 persen populasi Indonesia yang menginginkan demokrasi liberal seperti di dunia barat.
Dari survei itu: Agama dan Demokrasi Pancasila menjadi kunci. Sistem apapun yang ingin kita jadikan platform nasional, harus dikemas sedemikian rupa bahwa sistem itu mengakar para interpretasi terbaik dari agama dan Demokrasi Pancasila.
Sebanyak 85 persen dari populasi Indonesia beragama Islam. Mayoritas rakyat harus justru diyakinkan platform nasional yang akan ditegakkan berangkat dari nilai terbaik Islam sendiri.
Karena itu ini juga warning untuk pemimpin, politisi, aktivis, ulama, opinion makers, dan penentu kecenderungan. Jangan pernah menghadap-hadapkan antara Keindonesiaan vesus keislaman, kebhinekaan versus Islam, Pancasila versus Islam, demokrasi versus Islam.
Jangan pernah membuat publik luas seolah harus memilih antara Keindonesiaan atau KeIslaman, Pancasila atau Islam, Kebhinekaan atau Islam, demokrasi atau Islam?
Ini akan membuat dua hal. Platform nasional yang akan kita terapkan tak akan pernah mengakar dan ditolak. Lebih jauh, Indonesia akan mengalami keretakkan kultural yang parah.
-000-
Pancasila adalah platform yang simbolik. Ia bukan sistem politik ekonomi yang operasional seperti kapitalisme atau komunisme. Justru itu sekaligus juga kekuatannya. Pancasila lebih bisa diinterpretasi sesuai kemajuan peradaban.
Dibandingkan semua platform lain, Pancasila menjadi ikon keindonesiaan yang sudah mengakar. Langkah berikutnya meyakinkan mayoritas Muslim bahwa Pancasila itu mutiara yang digali dari ajaran terbaik Islam sendiri.
Di bawah ini, ikhtiar yang kuat secara konsep dan efek praktisnya. Aneka sila Pancasila disandingkan dengan ayat ajaran Al Quran sendiri.
Sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ayat Al_Quran: Dialah Allah, yang Maha Esa (QS: Al Ikhlas- 1)
Sila kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Ayat Al-Quran: Hendaklah kamu menjadi manusia yang adil
(QS: An Nisa: 135)
Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Ayat Al-Quran: Dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal- mengenal
(QS: Al Hujurat: 13)
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Ayat Al-Quran: Sedangkan keputusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka
(QS: Asy Syuro: 38)
Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ayat Al Quran: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan melakukan kebaikan
(QS: An Nahl: 90)
Penting untuk disebarkan seluasnya. Pancasila itu digali dari akar spiritual bangsa Indonesia sendiri. Dengan sendirinya, ia ikut digali dari ajaran Islam. Keindonesiaan menjadi mutiara dari Keislaman sendiri.
-000-
Bagaimana dengan hak dan perlindungan hukum kaum minoritas?
Dalam Pancasila, warga negara minoritas juga dilindungi dan diperlakukan sama. Melindungi dan memberikan hak hak kewarga negaraan yang sederajat itu bagian dari prinsip negara modern yang tak bisa dihindari dan harus terus dilindungi.
Dalam Demokrasi Pancasila, semua warga negara apapun agamanya bisa menjadi pemimpin. Ini juga harga mati unruk membangun sistem demokrasi modern.
Namun tentu saja setiap individu bebas memilih pemimpinnya, baik seagama ataupun tidak. Itu sepenuhnya hak individu, tergantung persepsi individu itu sendiri.
Warga Kristen yang memilih pemimpin beragama Kristen, warga Muslim yang memilih pemimpin Muslim, wanita yang ingin memilih pemimpin wanita, kulit hitam yang ingin memilih pemimpin kulit hitam, itu semua sah saja. Itu bagian dari hak asasi manusia yang juga dilindungi. Bahkan mereka dibolehkan berkampanye atas pilihannya sebagai bagian dari kebebasan beropini dan berasosiasi.
Seorang aktivis feminis boleh berkampanye untuk memilih pemimpin wanita yang dianggap akan lebih peka dengan perjuangan wanita. Pendeta boleh berkhotbah di gereja menyerukan umat memilih domba Allah yang kini berjuang dalam pemilu. Hal yang sama untuk ulama yang juga dibolehkan berkampanye memilih pemimpin satu agama.
Apakah dengan demikian mustahil terpilih pemimpin minoritas? Jawabnya semua serba mungkin. John F kennedy yang katolik terpilih di Amerika yang mayoritasnya Protestan. Obama yang kulit hitam terpilih dalam pemilu yang mayoritas pemilihnya kulit putih.
Dan Teras Narang yang beragama minoritas di proponsi Kalimantan Tengah terpilih di sana yang mayoritas pemilihnya Muslim. Teras Narang terpilih dua kali pula untuk dua periode jabatan gubernur. Itu semua tergantung dari crafmanship tokoh yang bersangkutan
-000-
Kapanpah demokrasi modern di Indonesia stabil? Dengan mengacu pada uraian di atas, demokrasi modern akan stabil di Indonesia, ketika mayoritas publik Indonesia, yang minoritas ataupun Muslim, meyakini bahwa demokrasi dan Pancasila itu adalah mutiara dari ajaran agamanya sendiri. Dan bagi yang muslim, itu semua adalah mutiara dari ajaran Islam sendiri.
Ke sanalah para pemimpin, aktivis, intelektual, ulama, politisi harus berjuang.***