MEDIAHARAPAN.COM, Sumbawa –
Nora Kumala Sari menceritakan apa saja yang menimpa dirinya sebelum berangkat ke Arab Saudi. Bahwa dirinya direktrut oleh seorang sponsor bernama Atun asal Stowe Brang, Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa, NTB. Kemudian terjadi pemalsuan KTP dengan menggunakan NIK orang lain yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Fallah Rima Hudaity Bersaudara, milik Astuty yang merupakan istri Ismail Mustaram, Anggota Komisi IV DPRD Sumbawa asal Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.
Pemberangkatannya pun menggunakan paspor 48 dan visa pelancong. Kemudian upaya mengelabui petugas imigrasi bahwa Nora bersama beberapa temannya akan plesiran ke Malaysia, tapi praktiknya langsung menuju Qatar transit dan dilanjutkan ke Riyadh, Saudi Arabia.
Setiba di Arab Saudi, ditampung di Agency dan dijemput majikan. Mulai dari hari pertama sampai hari keempat di majikan pertama hanya diperbolehkan makan sekali sehari dan tidak boleh mandi, tidur pun hanya di depan tv.
Merasa diperlakukan tidak manusia, akhirnya Nora meminta kepada Agency untuk ganti majikan. Oleh agency kemudian diambil untuk dipekerjakan ke majikan kedua. Di majikan kedua kemudian bekerja menggunakan cairan kimia berbahaya tanpa menggunakan sarung tangan dan berakibat pada terjadinya luka bakar di tangan Nora.
“Sebenarnya saya tidak minta berhenti waktu kejadian tangan terbakar, tapi majikan membawa saya ke Agency. Dia beralasan bahwa saya cerewet dan banyak omong,” cerita Nora.
Kemudian sambungnya, setelah sebulan menunggu akhirnya dia dipekerjakan di majikan ketiga selama 5 bulan. Selesai kerja di tempat itu, Nora kembali mengalami pelecehan seksual oleh pihak agency. Ketika itu Nora ketahuan membeli HP dan diperiksa hingga diangkat tali HB nya di depan orang ramai oleh oknum di Agency asal Cianjur yang di situ juga ada para pria menyaksikannya.
Nora juga mengakui adanya praktik jual online para tenaga kerja oleh pihak Agency. Dirinya juga sempat diambil fotonya untuk dipasang ke situs jual online. Untung saja dia tidak dibeli untuk keperluan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di calon majikan.
“Teman saya bercerita bahwa ada seorang majikan datang ke Agency 3 orang mencari gadis dan janda yang badannya bagus. Akhirnya dipilih 5 orang untuk dibawa oleh majikan yang sebelumnya sudah didandani dan dibawa ke Hotel. Tapi 1 orang diantara mereka yang dijual itu tidak sempat mengatur barang bawaan untuk bekerja akhirnya dianiaya oleh pihak Agency sampai masuk rumah sakit,” Cerita Nora.
Nora juga mengakui bahwa ada sekitar 300 orang temannya yang masih berada di Agency dan dipaksa harus bekerja. Akhirnya mereka terpaksa bekerja di majikan yang sudah ditentukan meski mereka belum siap bekerja.
Kemudian Nora memaparkan proses pemulangan dirinya oleh pihak KBRI di Riyadh bersama 3 orang temannya. Awalnya mereka dipanggil ke kantor Agency dan ditanyakan kenapa mereka melaporkan apa yang mereka alami kepada pemerintah di daerahnya masing-masing.
“Kami ditanya kenapa melapor, kami jawab bukan kami yang lapor tapi keluarga di Indonesia yang melapor dan keluarga kami tidak menerima apa yang kami alami. Mereka bilang kepada kami kalau mau pulang ngomong baik-baik. Terus saya jawab bukannya kami sudah menyampaikan dengan cara baik-baik hanya diiyakan tanpa ada kejelasan,” ungkap Nora.
Itu pun sehari setelahnya pihak Agency kembali memanggil mereka untuk diajarkan jawaban ketika ditanya oleh KBRI. Mereka diajarkan untuk berbohong, untuk tidak menyampaikan bahwa banyak orang di penampungan, dan mereka tinggal di rumah sopir.
Tapi mereka yang merasa sudah tidak tahan dengan kondisi perlakuan yang tidak manusiawi tersebut akhirnya membuka secara terang benderang kepada petugas KBRI yang mendatangi untuk menjemput mereka. Akhirnya mereka dijemput KBRI untuk dipulangkan karena tidak sedikit diantara mereka yang dianiaya jika tidak mengikuti apa yang diminta Agency.
Kini di RPTC, Nora merasa baikan dan tenang. Bahkan dia ingin segera pulang ke Sumbawa untuk bekerja sambil kuliah. Dengan apa yang menimpanya tersebut, Nora mengaku trauma dan kapok.
“Saya ingin pulang ke Sumbawa untuk kerja sambil kuliah. Saya jera dengan apa yang terjadi,” imbuhnya. (Hermansyah Idris)