Jakarta – Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) menggelar Silaturrahim Idulfitri 1445 H di Aula Masjid Al Furqan, Jl Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 27 April 2024.
Dalam kesempatan itu, sejumlah Tokoh Nasional didapuk untuk memberikan tausyiah. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Haedar Nashir sebagai keynote speaker, menyampaikan gagasan dakwah Islam dan dinamika pergerakan Islam di Indonesia, termasuk hubungan Muhammadiyah dengan DDII.
DDII merupakan organisasi yang didirikan oleh Ketua Umum Masyumi, Mohammad Natsir. Sejumlah tokoh Penting Muhammadiyah di masa lalu pernah aktif di dalamnya, seperti Pak Kasman Singodimedjo, Ki Bagus Hadikusumo, dan lain sebagainya.
“Kita ada irisan, terkait langsung dengan rumpun umat Islam,” katanya.
Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjelaskan bahwa organisasi Islam di Indonesia sempat memiliki wadah ikhtiar persatuan, yakni Partai Masyumi. Selain sebagai saluran politik umat, Masyumi juga menjadi rumah besar umat Islam menyatukan kekuatan. Namun polemik internal di Masyumi membuat sejumlah elemen organisasi di dalamnya berpisah.
“Ditambah pada tahun 1962, dinamika politik nasional begitu keras, sehingga Masyumi harus berakhir,” ucapnya.
Berkaca dari sejarah tersebut, Haedar mengajak umat Islam untuk menyalakan diri, lalu mengambil nilai pelajaran darinya untuk upaya membangun kembali kejayaan umat.
Salah satu upaya mendasar untuk mencapai persatuan, menurut Haedar adalah dengan terus meningkatkan silaturahmi umat Islam.
Silaturahmi, lanjut Haedar, bukan hanya mempertautkan hubungan yang sudah tersambung, karena itu lebih mudah.
“Tapi silaturahmi yang lebih jauh adalah mempertautkan hubungan yang terputus. Tapi nggak gampang. Karena mempertautkan yang terputus itu ada faktor psikososial. Ini yang tidak mudah,” kata Haedar.
Pembicara lainnya, Prof. Jimly Asshidiqie turut mewujudkan semangat persatuan. Jimly menilai organisasi-organisasi Islam di Indonesia sangat banyak dan beragam. Namun masyarakat biasanya hanya mengenal organisasi Islam NU-Muhammadiyah. Dia menyarankan DDII bisa menjadi wadah perekat umat, dengan mengambil peran menyatukan berbagai organisasi Islam berkhidmat bersama DDII.
“DDII punya potensi menyatukan umat. Persatukanlah semua ormas Islam di luar NU-Muhammadiyah,” ucap Ketua Mahkamah Konstitusi RI periode 2003 – 2008 itu.
Jimly juga menceritakan kedekatannya dengan DDII dan Masyumi. Selain pernah berguru dengan tokoh-tokoh Masyumi. Jimly pernah dibiayai sekolah oleh M. Natsir.
“Saya pernah diberi beasiswa sama Pak Natsir. Beasiswa Perjuangan, selama lima tahun kira-kira,” ungkapnya. [bil]