Jakarta, Beredarnya isu tentang benih padi hibrida yang mengandung bakteri di Indonesia membuat Kementerian Pertanian (Kementan) angkat bicara. melalui Kepala Biro Humas Kementan, Agung Hendardi memastikan tidak ada benih padi hibrida yang mengandung bakteri dan tersebar luas di Indonesia dan benih padi hibrida yang diklaim hanya ada di beberapa daerah.
Kementan juga membantah hasil penelitian salah seorang peneliti dari kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyebut bahwa benih padi hibrida yang diimpor ini mengandung bakteri. karena penelitian yang dilakukan hanya mencakup daerah pertanian di Tegal dan Blitar.
“Ini tidak mewakili, karena benih hibrida ini tersebar sedikit-sedikit di beberapa wilayah. Ada yang di Sulawesi, Kalimantan, NTB, Sumatera dan Jawa. Jadi kalau hanya di dua tempat ya tidak valid datanya,” kata Agung dalam konferensi pers di kantornya, Senin (19/12).
Menurut Agung, impor benih hibrida hanya mencapai 800 ton per tahun. Jika dihitung, konsumsi benih dalam satu hektare bisa mengkonsumsi sekitar 15 Kg. Artinya, benih ini hanya mencukupi areal lahan tanam padi seluas 53 ribu hektare. Angka ini sekitar sekian persen saja dari jumlah areal lahan padi sebesar 14 juta hektare.
“Jadi sangat kecil untuk menggiring benih ini tersebar di seluruh daerah,” jelasnya.