Mengenal Komunitas Kampung Muslim
** Terbentuk Bernafaskan Nilai – Nilai Islam dan pemahaman Islam secara utuh
Saat ini ada banyak sekali komunitas yang bermunculan di Indonesia. Komunitas-komunitas tersebut biasanya dibentuk oleh sekelompok orang dengan berbagai latar belakang. Ada komunitas yang terbentuk karena mengagumi sesuatu hal yang sama, atau ada juga hobi yang sama. Begitu juga dengan sebuah komunitas yang berada di RT.06 Rw 11 Curug Kelurahan Tanah Baru, Kecamtan Beji, Komunitas yang bernama Komunitas Kampung Muslim ini terbentuk atas kesamaan visi dan misi para anggotanya untuk mengembangkan taraf hidup anggotanya dalam aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya yang bernafaskan nilai – nilai ke Islaman
Setelah menyusuri Jalan Benda RW11, Kelurahan Tanah Baru yang tak begitu besar , ditemukan sebuah gapura di ujung jalan. Di dalam gapura tersebut tampak sebuah saung berukuran minimalis degan puluhan busur panah tergantung rapih di dalamnya.
Suara gergaji mesin yang sedang membelah sebongkah kayu terdengar nyaring. Tak jauh dari saung minimalis tadi, tampak sebuah saung utama berukuran lebih besar berada di bawah pohon rambutan yang begitu rindang.
Serupa dengan saung pertama, saung kali ini juga dipenuhi dengan busur – busur panah yang tergantung rapih di setiap sudutnya. Namun, bedanya kali ini terdapat empat orang lelaki sedang bercengkrama. Mereka adalah pengurus Komunitas Kampung Muslim.
Tampak salah seorang berambut cepak mengenakan kemeja sedang memandangi laptopnya. Dia adalah Hendra Zulhijah, Humas Komunitas Kampng Muslim.
Sambil ditemani segelas kopi hitam yang cukup pekat, Hendra mengatakan bahwa Komunitas Kampung Muslim dibentuk atas dasar keperihatinan para anggotanya terhadap kondisi anak muda yang kurang memahami agamanya dan cenderung lebih memilih pergaulan yang negatif.
“ Kami ingin menanggulangi merosotnya moralitas di masyarakat Dewasa ini,” ucap hendra.
Dia mengatakan, sebelum memutuskan untuk membentuk suatu komunitas resmi, para anggotanya sudah concern dalam pendalaman nilai – nilai agama, hingga akhirnya memutuskan membuat suatu wadah komunitas yang terbuka untuk semua kalangan masyarakat yang mau bersama – sama meperbaiki keIslamanya.
“ Komunitas Kampung Muslim baru dilaunching September, 2017 lalu,” sambung Hendra.
Setelah terbentuk Komunitas Kampung Muslim kini sudah memiliki pendamping program dari Wahana Muda Indonesia Baru, serta menjalin kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Pusat dalam segi bantuan pendanaan kegiatan komunitasnya.
Anggota Komuntias Kampung Muslim rutin mengadakan kurikulum Ngaji dan dilatih cara membuat dan menggunakan alat memanah
Eksistensi Kampung Muslim (2)
** Program Pendidikan dan Produksi Panahan Jadi Unggulan
Setelah di launching pada bulan September 2017 lalu, Komunitas Kampung Muslim terus berkembang dan anggotanya sudah semakin banyak, tak hanya dari Kota Depok saja, anggota dari daerah lain di Jabodetabek juga sudah banyak yang bergabung dengan Komunitas Kampung Muslim
Sore itu cuaca sudah cukup mendung, langit tampaknya sudah bersiap untuk melepaskan tetesan air hujan. Di dalam Saung induk, para pengurus Komunitas Kampung Muslim sedang bersiap untuk melaksanakan ibadah sholat ashar. Satu persatu para pengurus turun dari pendopo, begitu juga anggota komunitas yang sedang membuat panah dan beternak lele meninggalkan sejenak aktivitas mereka untuk mengambil air wudhu.
Tampak mereka kompak secara berjamaah melaksanakan kewajiban sebagai pemeluk agama Islam. Setelah melakukan ibadah sholat ashar, mereka kembali melanjutkan aktivitas masing – masing. Humas Komunitas Kampung Islam, Hendra mengatakan bahwa dalam komunitas tersebut terdapat beberapa program kegiatan yang bebas dipilih untuk anggotanya, seperti pendidikan ekonomi kreatif, olahraga serta budaya kearifan lokal.
Adapun penddidikan pengajian adalah, kurikulum wajib untuk semua anggotanya.
Kurikulum ngaji di jadwal kan rutin setiap hari sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia.
Pendidikan budaya kearifan lokal adalah pencak silat,palang pintu dan alat musik tradisional betawi, untuk pendidikan ekonomi kreatif seperti pendidikan cara budidaya ikan lele dan pemasarannya, pengrajin perlengkapan alat memanah, pembuatan sabun herbal dan industri kreatif di bidang konsumsi seperti pembuatan makanan opak dan olahan lele siap santap.
“ Para anggota bebas memilih untuk aktif di program yang mana saja, tetapi untuk kurikulum pengajian semua anggota wajib untuk mengikutinya,” kata Hendra.
Adapun yang paling terkenal dari komunitas ini adalah olah raga panahan dan pengrajin alat memanahnya, karena selain menyediakan wahana panahan, mereka juga menjual perlengkapan alat panah ke masyarakat. Tentunya alat panah yang dijual di sana bukan panah yang asal jadi, karena mereka menerapkasan standar kualitas yang tinggi karena mempunyai quality control dalam pembuatan panahnya.
“ Harga panah disini bervariatif, mulai dari Rp.400.000 hingga Rp.1.600.000,” sambungnya.
Mereka memilih olahraga panahan dibanding olahraga karena yang lain dikarenakan , olahraga memanah merupakan olahraga sunnah, sehingga akan mendapatkan pahala bagi yang melakukanya.
“ Semua olah raga jika diniatkan untuk kesehatan akan menjadi pahala, tetapi kalau panahan secara otomatis akan mendatangkan pahala jika dilakukan sekalipun tidak diniatkan,” ungkapnya.
Selain daripada panahan, program ekonomi kreatif lain juga terus berkembang pesat di komunitas tersebut, seperti halnya produksi opak yang sudah dikirim ke luar wilayah Kota Depok dan ikan lele yang sudah banyak dipesan oleh warga – warga sekitar Komunitas.
“ Untuk hasil kami bagi rata kepada semua anggota komunitas yang aktif di kelompok program masing – masing,” tutupnya (*)