Memasuki hingar-bingar pergantian tahun baru 2017 setidaknya kita merenungkan diri, betapa masih ada 795.000.000 orang di dunia yang tidur semalam tadi dalam kondisi perut kosong, kelaparan sepanjang malam. Kelaparan yang tak berujung,terus berulang setiap hari, hasil penelitianThomson Reuters .
Wahana Muda Indonesia (WMI) merasa tercengan melihat data International Food Policy Research Institute (IFPRI) dan bantuan pangan dunia Jerman (Welthungerhilfe) yang mencatat Indonesia bagian dari 50 negara kelaparan pada bulan oktober dalam rangka hari pangan dunia. Lembaga IFPRI dan Welthungerhilfe memberikan dua kategori tingkat kelaparan sebuah negara yaitu serius dan mengkhawatirkan.
Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index/GHI) yang di rilis IFPRI Negara yang mendapat skor 35 hingga 49,9 berada dalam kategori mengkhawatirkan. Negara yang kategori mengkhawatirkan tingkat kelaparan banyak dialami oleh negara-negara Afrika.
Penghitungan indeks kelaparan global ditentukan oleh variabel yang berhubungan dengan jumlah kekurangan gizi di satu negeri, ditambah dengan jumlah kematian anak, dan tingkatan berat badan anak di bawah rata-rata.
Sedangkan negara yang mendapat skor indeks GHI antara 20-34,4 dikategorikan tingkat kelaparan serius. Dari indeks yang dikeluarkan IFPRI ini, tingkat kelaparan Indonesia menyentuh angka sebesar 21,9 sehingga bisa dikatakan bahwa negara kita dalam kategori tingkat kelaparan serius.
Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index/GHI) Indonesia menyentuh angka sebesar 21,9 sehingga bisa dikatakan bahwa negara kita dalam kategori tingkat kelaparan serius. Dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia hanya lebih baik dibanding Laos dan Myanmar. Namun berbeda dengan negara terdekat Malaysia dengan skor indeks GHI 9,7 masih tergolong aman terhadap tingkat kelaparan.
Bagi WMI Indeks ini secara langsung berhubungan dengan indikator berhasil atau gagalnya suatu negara dalam mensejahterakan rakyatnya dalam memenuhi kebutuhan dasar fisiologis manusia yaitu kebutuhan pangan dan nutrisi.
Sementara itu data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Tahun 2015, menegaska ada 19,4 juta penduduk Indonesia yang masih menderita kelaparan setiap hari. Jumlah ini adalah sepertiga dari 60 juta orang yang tercatat masih menderita kelaparan di Asia Tenggara.
Kita selaku kalangan muda harus melihat serius fakta ini dan menjadikan sebagai cambuk. Posisi indeks kelaparan negara kita yang masuk dalam kategori serius ini harus diberikan solusi konkrit kaum muda.
Jangan saling menyalahkan mulailah menyalakan lilin kehidupan.
Tantangan dan ancaman bagi manusia Indonesia kedepan akan semakin berat. Indonesia akan menghadapi ledakan penduduk, lahan pertanian berkuarang, produksi pangan terbatas, sehingga menyebabkan harga pangan berkali kali lebih mahal dari saat ini, mahalnya harga pangan akan menimbulkan konflik, karena adanya disparitas sosial ekonomi yang tinggi hanya mereka yang kaya yang mampu membeli pangan yang layak hal ini termasuk mendorong terciptanya bahaya kelaparan dengan kategori serius.
Negara kita sampai saat ini belum mamapu mencukupi kebutuhan beras konsumsi dalam negeri. Data saat ini saja di butuhkan 36 juta ton pertahun, jika dirata-rata 139 Kg penduduk indonesia hari ini, pemerintah menekankan kebijakan impor beras.
Menelisik Bonus Demografi 2020-2035, diproyeksikan populasi Indonesia berjumlah 350 juta jiwa. Pada tahun 2035 kita butuh beras sebanyak 48,6 juta ton pertahunJika dikalikan dengan kebutuhan pangan Indonesia dari beras saja per kapita Indonesia rata-rata butuh 139 Kg beras pertahun.
Artinya kebutuhan beras pertahun sebanyak lebih kurang 50 juta Ton. Kebutuhan yang mustahil didapatkan jika dari sekarang konversi lahan pertanian tidak dibendung, ditambah kualitas tanah yang dari tahun ketahun terus menurun, mengakibatkan turunnya hasil panen petani. Jadi tak heran jika Indonesia mendapat kategori negara indeks kelaparan yang serius.
Lalu apa resolusi kongkritnya ?
Wujud komitmen WMI adalah menyiapkan generasi muda dengan Individual Capability di berbagai sektor. Karena Perubahan zaman menuntut kaum muda untuk memiliki managerial and organisational skills yang baik untuk memajukan bangsa ini. WMI berupaya menanamkan dua atribut penting yakni hard skill dan soft skill untuk investasi sumber daya manusia (human capital) pemuda Indonesia.
Terkait solusi mengadapi kelaparan dalam kategori serius harus ada terobosan atau inovasi teknologi. Pemuda Indonesia kedepan adalah mereka yang tidak hanya menguasai kemampuan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan inovasi teknologi, agar intensifikasi pertanian dapat tercapai bukan ekstensifikasi, karena perluasan lahan pertanian dimasa depan akan sulit dilakukan, lantaran akan berkompetisi dengan kebutuhan tinggal manusia.
Selain itu kaum muda Indonesia juga harus memiliki keunggulan soft skill sebagai investasi sumber daya manusia (human capital) pemuda Indonesia. Kekuatan soft skill adalah dengan memiliki kreatifitas dan inovatif, gigih dan disiplin, positif, mampu menganalisa, fleksibel, client-oriented, sadar budaya, jujur, beretika, serta inklusif, kolaboratif, dan suportif.
Oleh sebab itu kami siap bersinergi dengan pemerintah dalam menyiapkan generasi muda yang berkualitas tinggi SDM-nya melalui pendidikan, kesehatan, dengan terintegrasinya penyediaan lapangan kerja dan investasi oleh pemerintah.
Dengan demikian, pada tahun 2020-2030, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sedang usia tidak produktif sekitara 60 juta jiwa, atau 10 orang usia produktif hanya menanggung 3-4 orang usia tidak produktif, sehingga akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional.
Namun, jika bangsa Indonesia tidak mampu menyiapkan akan terjadinya bonus demografi, seperti penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas SDM seperti pendidikan yang tinggi dan pelayanan kesehatan dan gizi yang memadai, maka akan terjadi permasalahan, yaitu teradinya pengangguran yang besar dan akan menjadi beban negara.
oleh
Noer S Azhari
Wahana Muda Indonesia Baru