Oleh: Rifqi Aufal Sutisna
MEDIAHARAPAN.COM – Diskusi dan pengkajian berlandaskan teoritis merupakan metode pembelajaran yang digunakan mayoritas universitas di Indonesia. Penggunaan sistem pembelajaran tersebut menuntut mahasiswa untuk berpikir kritis, menelaah pengetahuan dari literasi, dan aktif berinteraksi dengan dosen, mahasiswa lain, serta pihak terkait.
Dengan memakai metode ini, mahasiswa universitas diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan melalui pemikiran logis yang ilmiah.
Berbanding terbalik dengan pendidikan tinggi berbasis vokasional seperti politeknik. Daripada mengkaji beragam keilmuan dari berbagai bacaan dan referensi, politeknik cenderung menggunakan metode pembelajaran praktikal yang aplikatif. Teori yang disampaikan tidak lebih banyak dari teknik pengerjaan sesuatu. Hal itu sangat dimungkinkan karena mahasiswa politeknik dipersiapkan untuk terjun langsung menuju dunia industri.
Perbedaan mendasar ini sering menjadi pembahasan antarmahasiswa dan antarpelajar terkait kedua institusi tersebut. Multi metode yang diciptakan pendidikan tinggi semacam universitas dan politeknik sering menimbulkan pertanyaan publik mengenai mana yang lebih diunggulkan. Sementara itu, sistem pendidikan masih berjalan dengan normal.
Pendapat dari Pengajar dan Pihak Terkait
Seperti hasil penelitian yang diterbitkan oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization bahwa minat baca di Indonesia memiliki presentase 0,001%. Hal ini menunjukkan, orang Indonesia kurang mengkonsumsi beragam bacaan dan literasi. Karena itu, metode belajar secara teoritis diniai belum diaplikasikan secara maksimal di Indonesia.
Indra Jaya, dosen sekaligus pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta mengatakan, minat mahasiswa dalam mengkaji melalui literasi memang masih kurang. Namun, metode diskusi mungkin bisa mengatasi kekurangan itu.
“Terkadang, saya dan para mahasiswa berdiskusi di bawah pohon rindang dekat kampus. Hal itu perlu agar pembelajaran tidak kaku dan materi bisa diberikan secara bebas,” ujar Indra ketika ditanya di Gedung Daksinapati, Universitas Negeri Jakarta.
Indra juga memberikan pendapat mengenai kebutuhan yang harus dipenuhi universitas dan politeknik. Menurutnya, fasilitas sangat penting untuk menunjang perkuliahan. “Kalau di universitas, jurnal internasional sangat diperlukan untuk penelitian dan pembelajaran. Kalau di politeknik, peralatan penunjang praktik juga harus terpenuhi,” ujarnya.
Sementara itu, Susilawati Thabrany yang merupakan dosen Politeknik Negeri Jakarta mengatakan, metode diskusi cocok dipakai di politeknik. Hanya saja, penerapannya harus sesuai dengan jurusan dan matakuliah terkait. “Kalau matakuliah seperti matematika yang terdapat di jurusan teknik tidak mungkin menggunakan metode diskusi. Kalau jurusan sosial masih dimungkinkan,” ujar wanita berhijab yang akbrab dipanggil Bu Susi itu.
Susilawati menambahkan, metode diskusi sangat bermanfaat untuk pendekatan antara dosen dan mahasiswa. Pembelajaran pun akan berlangsung menyenangkan dan tidak kaku.
“Mahasiswa umumnya perlu diajak bicara dan berunding. Haapannya mahasiswa itu bisa keluar dari zona nyaman,” tandasnya.
Pendapat dari Mahasiswa
Rahayu Milasari, seorang mahasiswa Universitas Negeri Jakarta berpendapat bahwa metode pembelajaran di universitas belum tentu mengedepankan teori dalam kegiatan akademis formal.
“Terkadang, mahasiswa universitas juga melaukan praktik langsung ke lapangan. Jika dibandingkan dengan politeknik, mungkin hanya intensitasnya yang berbeda,” ujar mahasiswa program studi pendidikan kewarganegaraan itu.
Rahayu juga mengatakan, terdapat matakuliah di universitas yang menunjang kemampuan praktikal. “Di program studi saya, ada mata kuliah yang memberikan pemahaman tentang penerapan aplikasi desain. Jadi, tidak melulu soal teori,” ujarnya.
Hal berbeda diungkapkan oleh Listyarum Hening Prakerti, mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. Menurutnya, metode pembelajaran di politeknik juga menggunakan berbagai teori sebagai dasar melakukan kegiatan praktik. “Teori juga harus ada untuk pengantar dan menambah pengetahuan. Keduanya harus seimbang,” ujar mahasiswi berhijab yang akrab dipanggil Tya itu.
Soal pembelajaran, Listyarum berkomentar terkait manfaat pembelajaran melalui metode praktik. Banyak diantara mahasiswa politeknik yang mudah memahami materi dengan pembelajaran praktikal. “Kalau langsung terjun ke lapangan, mahasiswa jadi cepat mengerti dan mampu mengaplikasikan ilmunya,” ujar Tya lagi.












