MEDIAHARAPAN.COM, Surabaya – Penggagas sekolah robot dan pendiri Yayasan AWG (Adicita Wiraya Guna) Robotic Course di Surabaya, Hendro Yulius punya misi mulia bidang pendidikan. Yayasan ini telah membuat Robot X-Line, Robot Gathering, Robot Transporter, Robot Pemadam Api hingga Robot Rescue.
“Di robotika itu semua lengkap. Tidak cuma belajar kognitif, afektif, belajar kerjasama, kolaborasi, motorik, anak tidak takut gagal karena harus mencoba lagi (bila gagal),” kata Hendro Yulius Suryo Putro kepada wartawan.
AWG Robotic Course bahkan sudah berhasil membuat robot dengan komponen dan suku cadang buatan sendiri serta, juga menjuarai kompetisi. Di International Robot Olympiade di Beijing, China, enam tahun lalu, mereka mendapatkan penghargaan istimewa lewat inovasi robot penyiram tanaman yang secara otomatis menyiram tanaman di sekolah.
Latar belakang Hendro bukan dunia robot. Namun, dia mengawali sekolah robot dari perhatian untuk dunia pendidikan. Ketika diberi amanat menjadi pimpinan lembaga sekolah satu dekade lalu, dia berupaya menjaga nama besar sekolah dengan membuat rencana baru, ekstrakurikuler robot di SMP Al Azhar 13 Surabaya.
Tanpa pengalaman di bidang robot, dia mencari pelatih yang bisa memberi wawasan kepada murid-murid. Tujuan Hendro saat itu adalah mengembangkan ekstrakurikuler, menciptakan tim yang bisa menjuarai berbagai kompetisi robot. Setelah membuat kurikulum dan merancang program, hasilnya tak sesuai harapan.
Pria kelahiran 18 Mei 1985 ini kembali mencari pelatih baru dan tiba di kampus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Tanpa mengetahui harus menemui siapa, dia tak sengaja masuk ke sebuah ruangan besar yang berisi banyak robot. Akhirnya Hendro menemukan pelatih robot baru di sana.
Anak-anak didik sekolah robot mulai mengikuti kompetisi tingkat nasional sejak 2012. “Anak-anak bisa membuktikan kemampuan dan jadi juara. Masyarakat, yayasan, dinas sangat mengapresiasi.”
Pembina yayasan ini tetap berusaha mengembangkan kurikulum agar anak-anak bisa membuat robot yang dapat diatur programnya. Sebelum membuat riset untuk menciptakan robot sendiri, mereka mengimpor robot dari Amerika dan Korea Selatan. “Saat itu kami ingin anak-anak tujuannya belajar programnya dulu, bukan (belajar buat) robotnya.”
Empat tahun silam, barulah mereka berinisiatif membuat robot sendiri atas pertimbangan kesulitan mencari suku cadang bila mengandalkan robot impor. Terinspirasi dari robot-robot Korea Selatan, mereka bisa membuat robot yang kualitasnya tak kalah, namun suku cadangnya tentu lebih mudah didapatkan.
Mengandalkan modifikasi yang lebih canggih, bahkan mereka bisa mengalahkan beberapa robot dari Korea saat bertanding. “Lalu kami ingin robot ini tidak cuma dimiliki satu sekolah, kami ingin berkontribusi untuk sekolah lain,” ujar dia.
Dari situ, berdirilah yayasan yang menaungi sekolah robot. Yayasan AWG akhirnya berdiri dan berkunjung ke sekolah-sekolah lain untuk berbagi informasi mengenai teknologi robot. Prestasi di berbagai kompetisi membuat mereka akhirnya dilirik. Kerjasama dimulai dari sekolah-sekolah di Jawa Timur, lalu menyebar hingga ke Makassar juga ke Sorong di Papua.
Guru-guru dari sekolah yang jauh datang ke AWG untuk mengikuti pelatihan yang ilmunya akan dibagikan kepada anak-anak di sekolah masing-masing.
Kini ada sekitar 300-400-an anak yang menjadi murid AWG Robotic, mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Selama pandemi, eksktrakurikuler berhenti total. Namun anak-anak tetap berinovasi di tengah wabah virus corona. Salah satunya adalah membuat mesin pembersih uang yang menjadi perantara transaksi antara penjual dan pembeli.
“Jadi setiap transaksi tidak ada kontak antar tangan, uangnya dimasukkan dulu melalui mesin itu. Tapi saya belum cek lagi progress-nya sampai mana,” katanya dia.
Hendro mengikuti Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2019 untuk mengenalkan AWG ke lebih banyak orang agar bisa dijangkau masyarakat lebih luas.
Ketika ia dinobatkan menjadi penerima apresiasi bidang teknologi, semua bersukacita. Hendro pun menyambut permintaan kerjasama dari sekolah-sekolah baru yang ingin belajar robot. “Ketika anak-anak sekarang aware sama teknologi, saya ikut senang. Ini adalah kontribusi kecil bagi kami di robot AWG untuk membangun kepedulian anak-anak agar jadi generasi emas,” tuturnya.
Dia berharap anak-anak yang sudah punya tujuan untuk menggeluti bidang teknik bisa mendapatkan wawasan lebih dulu lewat sekolah robot ini. “Banyak murid yang diterima di Teknik Elektro dan sebagainya, mereka lebih punya dasar,” katanya dia. (Fajri Wahyu)