Risiko dan Bahaya Nyata Resesi Global di 2023 Versi Presiden Bank Dunia
Negara berkembang akan terbebani dengan depresiasi mata uang karena resesi tahun depan. Depresiasi itu tentunya akan berpengaruh terhadap utang negara tersebut. Tak hanya itu, kenaikan suku bunga acuan di sejumlah negara maju juga akan menjadi beban tambahan bagi negara berkembang, ujar Malpass Presiden Bank Dunia
MEDIAHARAPAN.COM, JAKARTA – Bank Dunia kembali mengeluarakan peringatan terkait resiko dan bahaya resesi dunia yang diperkirakan akan terjadi tahun depan. Perlambatan ekonomi yang terjadi di beberapa negara maju, khususnya di Eropa serta berkecamuknya konflik bersenjata Rusia dan Ukraina.
“Ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan,” kata Malpass dalam diskusi bersama Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) bertajuk The Way Forward: Addressing Multiple Crises in an Era of Volatility, Senin (10/10).
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan temui Presiden Bank Dunia. (sumber Foto: IG dan INews ) https://www.inews.id/finance/bisnis/setelah-elon-musk-luhut-temui-presiden-bank-dunia-bahas-ini.
Malpass menjelaskan negara berkembang akan terbebani dengan depresiasi mata uang karena resesi tahun depan. Depresiasi itu tentunya akan berpengaruh terhadap utang negara tersebut. Tak hanya itu, kenaikan suku bunga acuan di sejumlah negara maju juga akan menjadi beban tambahan bagi negara berkembang.
“Inflasi masih akan menjadi masalah utama seluruh dunia, terutama bagi masyarakat miskin,” ujar Malpass.
Dalam laporan bertajuk Poverty & Equity Brief East Asia & Pacific yang dirilis Bank Dunia di tahun 2020, pandemi telah membuat sekitar 70 juta orang ke dalam kemiskinan. Ini merupakan peningkatan terbesar sejak pemantauan kemiskinan global yang dimulai pada 1990.
Tak hanya itu, pendapatan rata-rata 40 persen orang termiskin turun 4 persen dari pendapatan rata-rata. Akibatnya, sebanyak 719 juta orang diperkirakan hidup dengan pengeluaran kurang dari USD 2,15 per hari pada akhir 2020.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), depresi merupakan suatu kondisi ekonomi yang ditandai oleh menurunnya harga, menurunnya daya beli, jumlah penawaran jauh melebihi permintaan, angka pengangguran yang meningkat secara tajam, serta kelesuan di dunia usaha yang mengarah kepada likuidasi perusahaan (depression).