MEDIAHARAPAN.COM, Gowa – Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dikenal sebagai daerah penghasil sayur dimana jumlah yang dihasilkan untuk setiap harinya berjumlah 20 ton, angka ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sayur di sejumlah pasar di Sulsel.
Desa yang terletak di kaki Gunung Bawakareng ini secara tingkat ekonomi cukup baik, namun sangat disayangkan tingkat pendidikan warga masih sangat rendah. Bahkan dari 4.733 penduduk yang bermukim di desa tersebut 252 orang diantaranya masuk dalam kategori buta huruf/aksara.
Melihat kondisi yang seperti itu, Jamaluddin (35) merasa tergugah untuk pulang ke Desa Kanreapia untuk mengabdikan diri dan mencerdaskan anak petani. Terlebih lagi Jamaluddin adalah orang pertama dari desa tersebut yang berhasil melanjutkan pendidikan formal hingga strata dua (S2).
Jamaluddin adalah sarjana Bahasa Indonesia dari Universitas Bosowa, kemudian melanjutkan pendidikan magister ilmu manajemen di Universitas Muslim Indonesia.
Setelah meraih gelar magister pada tahun 2014 inilah merupakan titik awal Jamaluddin untuk pulang ke kampung halaman dan mengabdikan diri dalam rangka mencerdaskan anak petani di Desa Kanreapia.
Pengalaman Jamaluddin yang pernah merasakan putus sekolah justru menjadi inspirasi untuk mengagas Rumah Koran, sebuah wadah pergerakan untuk mencerdaskan anak petani khususnya memberantas buta huruf.
Keputusan Jamaluddin untuk pulang kampung di Desa Kanreapia saat itu bukan merupakan hal yang mendadak, akan tetapi sudah sejak lama dilakukan pengamatan dimana faktanya banyak warga yang tidak mementingkan pendidikan, sehingga banyak anak terpaksa putus sekolah serta pernikahan dini meningkat.
Pria yang akrab disapa Jamal ini mengatakan saat memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya tidak begitu mendapat respon yang baik, akan tetapi dengan dukungan dari keluarga utamanya sang istri Diana, tidak membuat dirinya kendor.
“Saat saya pulang ke Desa Kanreapia banyak yang mengatakan untuk apa seorang kuliah sampai magister tapi pulang ke kampung halaman,” kata Jamal menirukan ucapan beberapa orang saat dirinya pulang.
Sosok satu orang anak bernama Arsyana Rezkiana ini ingin mengubah stigma bahwa tidak semua orang dengan pendidikan tinggi lupa akan kampung halamannya. (Sangga Gumilar)