Oleh: Iswandi Syahputra
Apakah ada jalan kenabian yang mudah? Nabi agama apapun, adakah jalan kenabian yang mudah? Tidak!!! Tidak ada jalan kenabian yang mudah. Termasuk Nabi dari kalangan para Raja, seperti Nabi Sulaiman. Bahkan Nabi dengan kegantengan tingkat langit sepert Nabi Yusuf juga mendapat ujian berupa fitnah pornografi yang berat pada masanya. Semuanya diuji dengan cobaan yang dahsyat.
Lantas, jika ulama adalah pewaris para Nabi maka seharusnya mereka juga mewariskan atau mengalami cobaan seperti yang dialami para Nabi atau Ulama sebelum mereka. Jika karena sorban dan jubah, jika karena punya pesantren dan madrasah atau sering tampil di stasiun televisi hingga bisa kita tonton di rumah seseorang disebut ulama dengan mudah, maka bagi saya itu baru proses awal untuk menjadikannya sebagai ulama pewaris Anbiya‘.
Ulama pewaris para Nabi adalah mereka yang siap ber-amar ma’ruf (menyeru pada kebaikan) yang bersifat lemah dan lembut penuh kasih sayang. Namun juga siap bernahi munkar (mencegah kemungkaran) dengan penuh sifat tegas bahkan keras bila sudah melampaui batas. Bagi ulama pewaris para Nabi, tidak ada toleransi untuk segala bentuk kejahatan, kedzoliman, penindasan dan kemungkaran.
Karena itu seorang Ulama pewaris para Nabi bukan saja dituntut mampu beramar ma’ruf, tapi harus lulus semacam ‘uji kompetensi’ keberanian untuk bernahi munkar. Jika ada ulama melihat kemunkaran tapi diam saja, itu tandanya baru berproses menjadi ulama. Bahkan, (misalnya) jika ada ulama yang mengambil manfaat dari kemunkaran itu, pastikan itu ulama palsu. Sebab, zaman para Nabi juga ada Nabi palsu.
Beramar ma’ruf dan bernahi munkar dengan ilmu pengetahuan serta siap menerima resiko atas misi kenabian, sesungguhnya merekalah ulama pewaris para Nabi. Karena itu, jangan takut-takuti ulama seperti ini dengan ancaman penjara, sebab siksaan dan kematian demi karena amar ma’ruf dan nahi munkar adalah jalan kenabian yang mereka pilih dengan penuh kesadaran.
Apakah Indonesia punya ulama seperti ini? Insya Allah banyak… Para Kiyai yang berteriak lantang “Allahu Akbar” dan memimpin santrinya mengusir penjajah, merekalah ulama pewaris para Nabi. Ulama seperti itu bisa terpersonifikasi antara lain melalui sosok hebat dan mengagumkan seperti Almukarom Mbah KH. Hasyim Al Asy’ari, KH. Achmad Dahlan, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bondjol, dll.
Buya Hamka termasuk generasi baru ulama Indonesia yang memilih jalan beramar ma’ruf nahi munkar dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Karena jalan kenabian yang dipilihnya, maka masa penjara yang dilaluinya adalah semacam ujian kenaikan tingkat untuk lebih dekat menapaki jalan kenabian menuju hakikat perjuangan, cobaan dan penderitaan para Nabi atau ulama sebelumnya.
Sebab, tidak ada Nabi yang tidak diuji. Kebanyakan mereka diuji dengan penderitaan bukan dengan kenikmatan. Maka makin menderita ulama karena berbagai tekanan, maka makin dekat dia sebagai ulama pewaris para Nabi. Sebaliknya, makin mewah kehidupan ulama karena jabatan atau kedudukannya, maka semakin panjang jalan yang harus dilaluinya sebagai pewaris para Nabi.
Beruntung kita di Indonesia masih menyisahkan banyak ulama pewaris para Nabi. Dah, itu aja. Cukup ya…