Jakarta – Siapa tak kenal tokoh yang satu ini, Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka; lahir di Suliki Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, 2 Juni 1897. Jangankan teman lawanpun menyegani beliau bahkan di takuti seperti tuhan. Sehingga claim terhadap beliau bermacam ragam, bahkan jasa beliau ditenggelamkan dalam sejarah kebangsaan. Padahal jauh sebelum kata “Indonesia” ini fasih dilafaskan oleh anak bangsa hari ini dalam catatan “Naar de Republiek” beliau telah melafaskannya dan mempersiapkan konsep bedirinya republik ini. Tak heran tokoh dunia menyamakan beliau dengan Jose Rizal tokoh pendiri Philipina
Jika dalam “messege” Allah yang di nubuahkan kepada Rasulullah; bahwa dalam setiap akhir 100 tahun akan ada hadir pembaharu agama (HR Abu Dawud no. 4291), maka dalam lintasan sejarah mungkin juga ada tokoh fonomenal yang berjuang untuk kebenaran dan keadilan seperti Tan Malaka. Entah dari mana muasalnya kata-kata saktipun pernah keluar “Ingatlah bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi” ucapnya ketika ditangkap polisi Hongkong pada 1932. Tentu saja yang berucap begitu bukanlah orang sembarangan dan kemudian di cap Komunis seperti yang banyak beredar di Jawa Timur. Meski faktanya beliau memang pengagum dan berfikir berhaluan kiri.
Sebagai tokoh yang berasal dari Minangkabau yang memiliki filosofis “bersandi syarak syarak bersandi kitabullah” tidak adil rasanya kita menyoroti beliau dari sudut kejawaan atau kesundaan dan atau suku bangsa lainnya. Cara berfikir orang Minang dapat tergambar dari pemikiran beliau dalam bukunya “Madilog” sehingga sering menjadi rujukan tokoh intelektual dunia. Unik, simetris dan mencerdaskan; disaat orang membenci beliau tak berhenti berkarya dan berbuat, disaat orang mencinta beliau tak lupa mengkritik.
Salah seorang pengagum beliau Harry Poze; Peneliti dan sejarawan Belanda selama 30 tahun telah melakukan berbagai riset dari berbagai sumber hingga berhasil mendorong ditemukannya makam Tan Malaka diperkampungan Selopanggung Kediri Jawa Timur yang selama ini penuh misteri. Sementara pecinta Tan Malaka sendiri di dalam negeri tidak bisa berbuat banyak untuk itu.
Tak berhenti hanya disitu, ketika makam beliau ditemukan tak kunjung ada respon dari para penguasa bangsa untuk menghargai beliau, gelar kepahlawanan pun diperdebatkan lagi. Hingga tokoh aktivis muda Ferizal Ridwan yang sekarang berhasil jadi Wakil Bupati Limapuluh Kota (2016-2021), ketika berkunjung ke makam Tan Malaka, bersedih dan kemudian berniat memindahkan makam beliau ke kampung halaman; Desa Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Emas, Suliki, Kabupaten 50 Kota. Seolah beliau berkata “biarlah kami saja yang menghormati beliau kalau ternyata kalian membencinya”
Nah, ketika berita ini menjadi viral dan seperti mendadak dangdut keluarlah keberatan Pemkab Kediri atas permintaan buya Fery. Akhirnya Kofifah Indar Parawansa sebagai Mentri Sosial juga turut merasa perlu turun gunung untuk memediasi hal tersebut sebagaimana yang kami kutib dari kabarpolisi.com. Pendek kata seperti judul permainan film “ada apakah dengan cinta”, kenapa sekarang merasa bak kebakaran jenggot.
TGA, Bekasi 26/12/2016