Agam – Trauma healing adalah suatu proses pemberian bantuan berupa penyembuhan untuk mengatasi gangguan psikologis seperti kecemasan, panik, dan gangguan lainnya karena lemahnya ketahanan fungsi-fungsi mental yang dimiliki individu agar trauma pasca bencana bisa terobati, dan mereka tidak takut lagi untuk beraktivitas secara normal.
Syarikat Islam Tanggap Bencana (SIGAP) bersama GPMI RESCUE dan MRT selain melakukan asessmen dan membersihkan lumpur sisa banjir bandang, Meraka juga melakukan trauma healing kepada anak-anak yang tertimpa bencana banjir bandang yang terjadi 11 Mei 2024 lalu. Mereka memberikan hiburan melalui serangkaian kegiatan menyenangkan, seperti permainan edukasi, bernyanyi, mendongeng, memberikan hadiah dan hal-hal yang bisa membuat anak melupakan bencana.
“Kita ingin mengembalikan keceriaan anak-anak setelah dilanda banjir bandang dan tanah longsor dengan demikian, harapannya, mereka melupakan bencana yang telah terjadi belum lama ini serta melakukan kewaspadaan dan antisipasi”, ujar Chafid Koordinator lapangan SIGAP yang berasal dari Banjarnegara Jawa Tengah.
Trauma healing pada warga yang merasakan masa sulit akibat tertimpa bencana perlu untuk dilakukan. Ini karena mereka cenderung akan dihantui rasa cemas yang berlebihan apabila bencana tersebut datang kembali. Trauma healing dapat menjadi langkah rehabilitasi yang tepat bagi para korban bencana untuk bisa menyembuhkan diri dari tragedi memilukan pasca bencana.
Peran trauma healing adalah mampu mengalihkan pikiran buruk terhadap bencana agar warga tidak berlarut-larut dalam kesedihan serta bisa mengambil hikmahnya. Dalam prosedurnya, mereka akan diajak melakukan kegiatan yang menyenangkan sehingga bisa melupakan trauma terhadap bencana. Selain itu tim relawan juga memberikan edukasi kepada masyarakat dan para pemuda tentang penanggulangan kebencanaan ataupun dalam menghadapi bencana.
“Kami lakukan edukasi terhadap masyarakat dengan memperkenalkan apa itu bencana, bagaimana menyelamatkan diri dari bencana serta bagaimana melakukan pertolongan dan evakuasi korban bencana,” urainya.
Menurut Agustian (Ketua Umum Sigap) pemberdayaan masyarakat untuk memahami mitigasi bencana merupakan langkah paling efektif dalam membangun masyarakat sadar bencana. Sehingga diharapan pengetahuan yang diperoleh dapat ditularkan pada lingkungan sekitar dalam rangka mengurangi risiko bencana.
“Maka, ketika terjadi bencana masyarakat tidak lagi kebingungan, panik, karena telah memahami bagaimana cara mengurangi risiko bencana,” pungkasnya.
Rangkaian kegiatan ini sendiri dilaksanakan di jorong Cangkiang Batu Taba Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Wilayah yang juga terdampak bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi.