Penulis: Sirajul Fuad Zis, S.I.Kom
Sosok profil kita pada kali ini adalah Eko Prasetio, pria muda kelahiran Sumedang yang merantau ke Ibu kota Jakarta, Ia mencari nafkah bermodalkan sebuah gitar.
Dengan tekad dan semangat yang kuat untuk sebuah pendidikan, Ia rela menjadi seorang musisi jalanan.
Awal mula mimpi pria berambut gondrong ini, memang punya niat kuliah di Jakarta. Namun terkendala dengan biaya, Ia tak dapat kuliah seperti anak-anak beruntung lainnya. Keinginan dengan kemampuan finansialnya tidak berbanding lurus.
Sehingga membuatnya mencari cara yang halal untuk mendapatkan sesuap nasi. Skill dalam dunia seni, membuatnya dapat bertahan hidup. Seni musik sudah dikenalnya sejak kecil, menjadi musisi jalanan tak pernah malu karena kebutuhan hidup.
Baginya, musik bukan sebagai meraup keuntungan semata melainkan hanya sekedar hobi yang mengahasilkan.
Pahitnya kehidupan di jalanan membuat mentalnya semakin optimal, Ia kerap merasakan di teror oleh pengamen lain, dipukulin oleh preman-preman di jalan, dipalak juga pernah. Bahkan Tyo tak makan beberapa hari karena sakit.
Faktor tempat tinggal yang tak menentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan, Ia kadang tinggal di kolong jembatan, di depan ruko orang, adakalanya juga merasakan diusir oleh pemilik toko.
Hidupnya berpindah-pindah, tanpa ada keluarga yang dapat membantu. Sambil menjadi musisi jalanan, pria tangguh ini juga mencari pekerjaan tetap. Berbekal ijazah SMK, ia mencoba melamar ke berbagai perusahaan. Meski kerap ditolak, tak membuat semangatnya luntur.
Akhirnya Ia diterima di sebuah perusahaan menjadi caregiver, sangat membantu proses hidupnya berjalan normal dan mengirimkan sedikit hasil keringatnnya ke kampung halaman. Setelah lima tahun bekerja, Ia ditawarkan menjadi staf recruitment SDM pada perusahaan yang sama.
Tyo dikenal baik dan banyak yang senang berteman dengannya. Kepribadiannya yang suka menolong urusan orang lain, banyak rezeki tak terduga yang ia rasakan dalam dunia pendidikan.
Menurutnya pendidikan sangat penting, meskipun keluarganya berasal dari ekonomi menangah kebawah. Orang tua yang tak bisa membiayai kuliah, Ia berpikir bagaimana bisa kerja sambil kuliah.
Inspirasi yang membuatnya ingin kuliah di Fakultas Hukum bermula waktu SMK pernah punya guru bahasa inggris dan kewarganegaraan merupakan mantan advokat.
Ilmu kewarganegaraan yang diajarkan oleh gurunya pak Saifuddin Lubis SH lebih fokus pada dunia hukum.
Sekarang Ia telah bekerja tetap di sebuah perusahaan swasta sambil kuliah. Sampai merasakan nikmatnya pendidikan pun, merupakan hasil dari proses selama perjuangan di masa-masa pahit saat menjadi musisi jalanan.
Tyo berpesan kepada anak-anak muda Indonesia, jangan pernah minder apabila mempunyai keterbatasan dalam finansial.
Walaupun orang kampung, orang tak berpunya jangan pernah minder dengan orang-orang kaya yang bisa kuliah dengan biaya orang tuanya. Tetapi bagaimana caranya mendapatkan tujuan dengan strategi yang dimunculkan dalam potensi diri sendiri.