MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta,- Sebagai kick-off atau pembuka perayaan Dies Natalis ke-71 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2021, yang berbeda dengan perayaan Dies Natalis tahun-tahun sebelumnya menyusul pandemi COVID-19, diadakan Webinar Serial.
Tema yang disajikan pun sangat bervariasi mulai dari soal Pneumonia, masker dan APD hingga tips atau trik untuk menjaga kecantikan serta kesehatan kulit selama di rumah.
Kegiatan yang berlangsung hari ini (14/11) dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof.DR.dr. Ari Fachrial Syam, SpPD KGEH, FINASIM. Dirinya menyambut baik pemilihan topik yang saat ini memang relevan dan sedang dihadapi oleh tenaga kesehatan.
Dekan FKUI menekankan pentingnya penambahan ilmu terus-menerus, antara lain melalui webinar. Apalagi mengingat COVID-19 saat ini dikenal sebagai The Greatest Immitator, yang gejalanya tidak lagi khas, tetapi bisa sangat mirip dengan penyakit lain.
Sementara Dr. Telly Kamelia, SpPD KP, FINASIM, FCCP, FACP yang membawakan topik Pneumonia, menjelaskan bahwa tidak semua Pneumonia adalah COVID-19. Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Sedangkan Pneumonia pada COVID-19 disebabkan oleh virus, yaitu coronavirus.
“Hal terpenting dalam menghadapi pasien Pneumonia adalah diagnosis yang cepat, untuk membedakan apa penyebabnya, dan pengambilan keputusan terapi yang tepat”, jelas staf pengajar FKUI/RSCM tersebut.
Lebih lanjut Telly menjelaskan, prinsip pengobatan Pneumonia adalah berdasarkan penyebab. Pneumonia pada COVID-19 diterapi dengan anti virus sebagai pengobatan kausal ditambah pengobatan tambahan lainnya, seperti klorokuin yang mudah ditemukan di Indonesia.
“Tetapi tetap yang terpenting adalah bagaimana mencegah agar tidak terkena Pneumonia. Karena pada dasarnya, mencegah lebih baik dari mengobati”, ungkap Telly.
Adapun topik lainnya pada serial perdana ini adalah tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Ketersediaan APD yang terbatas, terutama di awal pandemi, membuat tenaga kesehatan harus mengetahui APD mana yang sekali pakai dan mana yang dapat digunakan kembali.
DR.dr. Andi Ade Wijaya Ramlan, SpAn, KAP, menekankan soal penggunaan APD sehingga dapat melindungi diri agar tidak terinfeksi. Ini pengatahuan dasar dan penting untuk diketahui, APD mana yang sesuai untuk setiap setting klinis.
Tentang apakah APD dapat dipakai kembali, Andi Ade menjelaskan, penggunaan APD sekali pakai, extended use, dan re-use dengan prosedur dekontaminasi tertentu.
Tetapi di akhir presentasinya, Andi Ade yang juga staf pengajar di Departemen Anestesi FKUI/RSCM menekankan bahwa APD bukanlah satu-satunya cara mencegah tenaga kesehatan terinfeksi.
“Justru APD hanya sebagai rescue, yang terpenting adalah menjalankan prosedur Universal Precaution agar kita tidak terinfeksi, tapi juga tidak menjadi penyebar infeksi”, tegasnya.
Untuk diketahui, Webinar Serial ini mengawali seluruh rangkaian kegiatan Dies Natalis Ke-71 FKUI yang akan dilaksanakan selama setahun penuh, yakni hingga November 2021 nanti. (SAN)