Oleh: Umi Hajjah Irena Handono
Asy syubbanul yaum rijalul ghad. Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Harapan ini teramat sering tergulir di berbagai majlis. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran kaum muda untuk melanjutkan estafet kehidupan.
Dalam lintasan sejarah, tercatat sejumlah pemuda mengambil bagian penting untuk meneruskan estafet perjuangan Islam. Ali bin Abi Thalib yang saat itu baru berumur 8 tahun, memiliki kecerdasan dan kepiawaian dalam strategi berperang serta menjadi khalifah pada usia muda. Kemudian Abdullah bin Mas’ud (14) yang kelak menjadi salah satu ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqqash (17) yang kelak menjadi panglima perang yang menundukkan Persia, Jafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Utsman bin Affan (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khatab (26), Abu Ubaidah Ibnul Jarah (27), dan Muhammad Al-Fatih (24) yang memelopori penaklukan Konstantinopel.
Bercermin dari ayat Allah pada Surah Yusuf ayat 111, Allah berpesan untuk mengambil ibrah pada setiap peristiwa, baik itu yang manis maupun yang pahit.
Demikian juga dengan semangat pemuda muslim terdahulu yang sepatutnya diteladani pemuda muslim abad ini.
Semangat itu hendaknya tercermin pada peningkatan intelektualitas. Mengingat, ummat tengah digelandang ke dalam arena ghazwul fikr. Perkara-perkara bathil disamarkan seolah menjadi perkara yang haq. Dan yang haq dicampur dengan yang bathil.
Pengikisan iman dan aqidah juga sedang mengancam eksistensi Islam di bumi pertiwi. Musuh-musuh Islam mulai secara terang-terangan melakukan perlawanan.
Bahaya ini sudah berada di ambang pintu rumah ummat Islam. Sementara sesuai pesan Zweimer, orientalis Yahudi, pemuda muslim sedang dipersiapkan untuk menjadi generasi yang jauh dari Quran dan Sunnah.
Tentu tak ada yang berharap situasi itu terjadi. Tapi tak cukup berhenti pada ‘ingin’ atau ‘tak ingin’. Innallaha laa yughayyiruma bi qaumin hatta yughayyiruma bi anfusihim. Nasib suatu kaum tak akan berubah bila mereka tak mengubahnya. Perubahan ini juga amat bergantung pada kawula mudanya.
Rasulullah sudah memberi kuncinya, yaitu ‘jagalah Allah’.
Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu.
Penulis : Umi Hajjah irena Handono










