MEDIAHARAPAN.COM, Khartoum – Kepala Dewan Militer Transisi Sudan (TMC), Abdel-Fattah al-Burhan mengumumkan kesiapan dewan “untuk membuka lembaran baru” dengan oposisi, setelah 60 pengunjuk rasa tewas di Khartoum pada hari Selasa dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.
Al-Burhan membuat pernyataan tegas dalam pidato yang disiarkan televisi, yang disampaikan sehari setelah TMC menunda pembicaraan dengan oposisi koalisi Freedom and Change mengumumkan pembentukan “pemerintah transisi” bertugas mengawasi pemilihan awal tahun depan.
Pembicaraan antara TMC dan koalisi oposisi ditangguhkan pada Selasa, setelah oposisi menolak pemerintahan sementara dan garis waktu pemilihan yang diusulkan TMC.
Kegagalan dalam negosiasi bertepatan dengan bentrokan mematikan, ketika pasukan keamanan secara paksa membubarkan aksi duduk di luar markas tentara di Khartoum.
Menurut Komite Dokter Pusat Sudan yang pro-oposisi, setidaknya 60 demonstran tewas dalam bentrokan dan ratusan lainnya terluka.
Dalam pidatonya hari Rabu (5/6), al-Burhan menyerukan “kebijaksanaan” dengan maksud untuk “mengatasi keadaan sulit saat ini dan mencegah negara dari tergelincir ke dalam kekacauan”.
“Semua pihak,” katanya, “harus berkorban demi tanah air dan bukan untuk agenda lainnya.”
Beberapa hari terakhir, ia melanjutkan, “telah menyaksikan peristiwa-peristiwa malang terkait dengan ancaman keamanan, yang telah menyebabkan sejumlah kematian”.
“Kami menyesali apa yang terjadi dan bersimpati kepada para martir,” kata al-Burhan, seraya menambahkan bahwa penyelidikan akan dibuka atas peristiwa mematikan itu.
Dia menyimpulkan dengan menekankan keinginan TMC untuk “membuka halaman baru” dengan oposisi – termasuk putaran baru pembicaraan “tanpa prasyarat” – dengan harapan “mencegah pengulangan kesalahan masa lalu”.
Namun, Koalisi Kebebasan dan Perubahan, menjawab permohonan al-Burhan dengan memperbarui seruan untuk kampanye “pembangkangan sipil total dan pemogokan politik terbuka”.
Sudan tetap dilanda gejolak sejak 11 April, ketika militer mengumumkan “penggulingan” Presiden Omar al-Bashir setelah berbulan-bulan protes rakyat berlangsung terhadap 30 tahun kekuasaannya.
MTC sekarang mengawasi “masa transisi” dua tahun, dimana ia berjanji untuk mengadakan pemilihan presiden yang bebas.
Namun, para demonstran tetap berada di jalan menuntut dewan militer menyerahkan kekuasaan – sedini mungkin – kepada otoritas sipil. (Anadolu/bilal)








