MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengkritik langkah Capres yang diusungnya Prabowo Subianto, karena bertemu dan mengucapkan selamat kepada presiden terpilih pada Pilpres 2019, Jokowi, di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7) pekan lalu.
Wakil Ketua PA 212 Asep Syarifudin menilai, pertemuan tersebut merupakan bentuk pengkhianatan Prabowo.
Menurut Asep, dengan melakukan pertemuan itu, Prabowo dinilai telah mengabaikan aspirasi umat, termasuk PA 212.
Ia menjelaskan, PA 212 dan sejumlah ulama pada Pilpres 2019 mendukung Prabowo – Sandiaga Uno karena dinilai bisa membela dan mengakomodasi kepentingan umat.
Sementara Jokowi, dianggap oleh PA 212 sebagai sosok yang anti-Ulama.
“Jadi, kalau Prabowo berkomunikasi (dengan Jokowi), menurut saya ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap aspirasi umat dan rakyat,” ungkap Asep dalam diskusi yang digelar di Gedung Joeang, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Kamis (18/7/2019) seperti dikutip dari suara.com.
Pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo diawali dengan menggunakan MRT bersama-sama dari stasiun MRT Lebak Bulus, Sabtu (13/7/2019).
Di sana, Prabowo juga mengucapkan selamat untuk yang pertama kalinya kepada Jokowi atas kemenangannya di Pilpres 2019.
Tak hanya itu, Prabowo dan Jokowi juga bersepakat meminta para pendukungnya masing-masing berhenti berseteru.
Bahkan, Prabowo dan Jokowi sama-sama memberikan pernyataan tak lagi ada istilah cebong versus kampres yang marak saat Pilpres 2019.
Cebong adalah istilah yang dikenakan pendukung Prabowo untuk pembela Jokowi. Sementara kampret adalah diksi yang diterapkan pendukung Jokowi untuk pembela Prabowo. (bilal)