MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin, menurut hasil quick count beberapa lembaga, unggul dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Namun, perolehan hasil quick count tersebut, mendapat respon penolakan daei kubu Prabowo Subianto-Sandi.
“Saya tegaskan di sini, ada yang mencoba dari berbagai survei khusus untuk menggiring opini seperti-kita kalah,” tegas Prabowo dalam konferensi pers di Jalan Kertanegara, Jakarta, Rabu (17/4)
Prabowo sendiri mengklaim pihaknya menang berdasarkan berdasarkan hitung cepat dan exit poll internal Prabowo-Sandi.
“Hasil exit poll, kita menang 55,4 persen dan hitung cepat pun kita menang 52,2 persen,” katanya.
Selain pihak Prabowo, banyak netizen juga menyangsikan hasil quick count sejumlah lembaga survei. Ketua Tanfidziyah Majelis Mujahidin (MM), Irfan S. Awwas yang aktif di media sosial Facebook mengimbau masyarakat agar tidak tertipu dengan hasil quick count, karena QC bukan hasil resmi hitungan KPU. Ia menilai QC lebih mirip propaganda.
“Hasil Quick Count, telah dinyatakan bukan hasil penghitungan suara resmi. Jangan tertipu. Tapi masyarakat dipaksa mempercayainya dengan penggiringan opini yang masif dan sistematis,” kata Irfan melalui akun Facebook resminya, Yogyakarta, Rabu (17/4).
Bahkan, lanjut Irfan, sebelum Pemilu dilaksanakan sudah di publish hasil survei yang memenangkan pihak 01 dan menyatakan capres/cawapres 02 kalah. Ia menuding pola tersebut adalah muslihat ilmiah. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat menunggu pernyataan resmi KPU.
“Ini muslihat ilmiah yang bukan mustahil menimbulkan chaos. Oleh karena itu, mereka yang berakal sehat, jangan terprovokasi, tunggu hasil real count, hitungan suara resmi yang dikeluarkan KPU,” tegasnya.
Sementara itu, Koordinator Tim Pembela Muslim, Mahendradatta menilai hasil hitung cepat atau quick count merupakan pola survei pula. Hanya mewakili sejumlah sampel, tidak mewakili peta suara secara riil.
“Quick Count itu Survey juga, dengan menggunakan Sample yg sangat terbatas hanya beberapa TPS dibanding ribuan TPS di tanah air. Itu yg dimaksud Data yg masuk adalah Data Survey itu bukan data Real Count #TheVictoryOfPrabowo,” tulis Mahendra melalui akun Twitter resminya.
Sementara itu, dai Haikal Hassan Baras juga mengungkapkan keraguannya dengan hasil quickcount dari lembaga survei. Menurutnya, pantauan melalui media sosial perolehan suara Prabowo-Sandi cukup besar.
“Jagad twitter diramaikan dg photo perolehan suara di berbagai daerah dg kemenangan prabowo.
Sementara hampir semua quick count memenangkan Jokowi.
Kemana rakyat harus percaya?” tulis Haikal melalui akun Twitternya.
Ia juga mengungkapkan rasa herannya, hingga bingung harus bertanya kepada siapa.
“Ada apa dg Indonesia ini?
Siapa yg bisa jawab?
Segera TNI-polri bicara di Televisi Nasional. Please…,” cetusnya.
Lebih dari itu, aktivis dan pengamat media sosial Mustofa Nahrawardaya menilai hasil quick count tidak bisa jadi rujukan kemenangan pasangan calon presiden, sebab berkaca dengan kasus quick count Pilgub DKI 2017 hasil quickcount bisa berbeda jauh dengan real count.
“Setahun lalu, Anies dan Ahok punya pengalaman mirip Prabowo Sandi. Quick Count beda dari Real Count. @msaid_didu,” tulis Mustofa di akun Twitter resminya sembari menyertakan foto tangkapan layar berota detikcom dengan judul “Quick Count Sementara LSI: Ahok-Djarot 55,62 %, Anies-Sandi 44,18 %”
Mustofa juga menuding banyak kecurangan pada Pilpres 2019 ini. “Kecurangan massif. Rata2, kartu dah dicoblos 01. Pelakunya biasanya dituduhkan ke 02,” tulis Mustofa di Twitter.
Jokowi sendiri juga menyatakan menunggu hasil resmi hitungan KPU, kendati pihaknya diunggulkan oleh quick count.
“Dari indikasi exit poll dan quick count sudah kita lihat semua. Tetapi kita harus bersabar semua, menunggu perhitungan KPU secara resmi,” kata Jokowi, di Djakarta Theater, Jakarta, Rabu (17/4). (bilal)










