MEDIAHARAPAN.COM, Srinagar – Saat khutbah Jumat, Ulama Besar Kashmir mengatakan pemilihan umum yang sedang berlangsung tidak akan berpengaruh pada penyelesaian konflik di wilayah tersebut, menyusul interogasi terhadapnya selama tiga hari oleh otoritas India dalam kasus pendanaan teror.
“Pemilihan akan terus diadakan dan pemerintah akan datang dan pergi tetapi masalah Kashmir akan tetap sampai tidak terselesaikan,” kata Syaikh Mirwaiz Umar Farooq, yang juga seorang pemimpin senior pro-kemerdekaan.
Pemilihan parlemen tujuh fase dimulai di seluruh India pada hari Kamis. Dua daerah pemilihan di Jammu dan Kashmir masuk pada fase pertama Pemilu. Kepemimpinan pro-kemerdekaan di wilayah tersebut menyerukan boikot pemilu.
Dia menambahkan bahwa paksaan oleh India tidak akan melemahkan gerakan perlawanan di wilayah tersebut.
“Pendirian kami didasarkan pada kebenaran. Kami tidak akan mengubahnya walau India menggunakan kekuatan, karena itu mewakili aspirasi rakyat Jammu dan Kashmir, “kata Mirwaiz pada pertemuan besar di masjid Jamia di Srinagar, ibukota negara bagian Jammu dan Kashmir .
Khutbahnya muncul sehari setelah dia kembali dari interogasi Badan Investigasi Nasional di ibukota India, New Delhi dalam kasus yang berkaitan dengan pendanaan militan di wilayah tersebut.
Meskipun pada awalnya dia menolak muncul untuk ditanyai, dia pergi setelah panggilan berulang-ulang dan jaminan untuk keselamatannya di New Delhi.
Sebagian besar pemimpin dan aktivis kemerdekaan Kashmir telah dipenjara di penjara-penjara India dengan tuduhan terlibat dalam pendanaan militan di wilayah itu, dalam penumpasan yang meningkat setelah pemboman bunuh diri pada Februari yang menewaskan sedikitnya 40 tentara India di Jammu dan Kashmir.
Jammu dan Kashmir, wilayah Himalaya yang mayoritas penduduknya Muslim, wikayahnya terbagi dalam kendali India dan Pakistan, namun diklaim oleh keduanya secara penuh. Sepotong kecil wilayah Kashmir juga dikuasai oleh China.
Sejak India-Pakistan berpisah pada tahun 1947, kedua negara telah berperang tiga kali – pada tahun 1948, 1965 dan 1971 – dua peperangan terkait Kashmir.
Juga, di gletser Siachen di Kashmir utara, pasukan India dan Pakistan telah bertempur sesekali sejak 1984. Gencatan senjata diberlakukan pada tahun 2003.
Beberapa kelompok Kashmir di Jammu dan Kashmir telah berperang melawan pemerintahan India untuk kemerdekaan, atau untuk penyatuan dengan negara Pakistan.
Menurut beberapa organisasi hak asasi manusia, ribuan orang dilaporkan telah tewas dalam konflik di wilayah tersebut sejak 1989. (Anadolu/bilal)








