MEDIAHARAPAN.COM, Tabanan – Kegiatan Bioindustri yang dikembangkan Balitbangtan mengusung konsep yang sangat sederhana, yaitu integrasi tanaman dan ternak. Inovasi yang diperkenalkan oleh BPTP Bali ke petani binaan pun memiliki konsep yang sama, yaitu pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk organik untuk tingkatkan produktivitas sayuran, serta teknologi pakan untuk meningkatkan performa ternak sapi.
Penerapan model bioindustri ini terbukti efisien. Inovasi pupuk organik padat dan cair yang diolah oleh masing-masing petani untuk lahannya sendiri, misalnya telah menurunkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia sebesar 40%.
Contoh kasus yang ditemukan di desa Antapan, di lahan yang sama seorang petani dapat secara bergantian menanam buncis, tomat, dan cabai. Dalam penanaman ketiga komoditas sayuran tersebut, penggunaan ajir hanya perlu 1 kali pemasangan saja. Hal ini menunjukkan pemilihan tanaman kompanion dapat menghemat pemakaian ajir.
Sementara itu, kegiatan bioindustri di Desa Bukti mengusung konsep integrasi tanaman ubikayu dan ternak sapi. Budidaya ubikayu menggunakan varietas unggul atau varietas gajah dari Kalimantan Timur dengan potensi produksi 45 ton per hektare. Potensi produksi ini empat kali lebih besar dari potensi produksi ubikayu lokal. Oleh karena itu, di tahun ini, pertanaman ubikayu varietas gajah telah diperluas hingga mencapai tiga hektare lebih.
Dukungan BPTP Bali dalam pengembangan ternak sapi diwujudkan melalui bimbingan teknis (bimtek) pembuatan molasis untuk meningkatkan kecernaan pakan dalam rumen serta pelatihan pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik menggunakan mikro organisme lokal (mol). Berkah dari bimtek tersebut, Kelompok Tani di lokasi ini telah menjual produk molasis dan pupuk organik cair, masing-masing dengan nama Moladef Agen Defaunasi dan Urin-max.
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Haris Syahbuddin, saat dimintai keterangan terpisah, pada Selasa (28/8), mengapresiasi upaya BPTP Bali dalam menggiatkan program bioindustri di Provinsi Bali. Haris menilai pengembangan model bioindustri akan turut berperan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi petani.
Ia yakin, melalui sistem ini, petani dapat memenuhi kebutuhan energi dan pangan, serta meningkatkan kesejahteraannya. meyakini bahwa sistem ini dapat meningkatkan daya tahan terhadap kebutuhan energi, pangan dan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Menurutnya, penerapan pertanian bioindustri terbukti telah memberikan manfaat dan kontribusi bagi semua pelaku mulai dari hulu hingga hilir.
Selain itu, Haris juga optimis program bioindustri tingkatkan efisiensi biaya. “Melalui sistem pertanian bioindustri, tidak ada yang terbuang karena output satu sub sistem menjadi input bagi sub sistem lain. Limbah pun dapat diminimalisir, serta yang tak kalah penting, produksi dapat ditingkatkan”, pungkasnya.