MEDIAHARAPAN.COM, Ankara – Presiden Turki menyebut Perdana Menteri Israel sebagai “tiran yang membantai anak-anak Palestina” pada hari Rabu (13/3).
Recep Tayyip Erdogan, yang berada di Ankara untuk menghadiri upacara pembukaan massal, mengecam pidato Benjamin Netanyahu pada hari Selasa.
Erdogan juga mengecam Israel atas serangannya terhadap kompleks Masjid Al-Aqsha, Erdogan menegaskan bahwa negara Turki akan meningkatkan suaranya untuk setiap serangan terhadap masjid.
Seorang pembantu senior presiden Turki juga mengecam pidato sambutan Perdana Menteri Israel yang menargetkan pemimpin Turki.
Juru bicara kepresidenan Ibrahim Kalin mengatakan Benjamin Netanyahu menyerang Presiden Recep Tayyip Erdogan “karena mengungkap pernyataan rasis pemimpin Israel terhadap orang Arab dan Muslim”.
Netanyahu pada hari Selasa mengatakan bahwa Israel adalah “negara Israel bukan milik semua warganya tetapi hanya milik orang-orang Yahudi.”
Erdogan menyatakan bahwa Turki akan menentang setiap serangan Israel yang menargetkan Masjid Al-Aqsha dan orang-orang Turki tidak akan diam, bahkan jika seluruh dunia menolak untuk berbicara.
Ia juga mengatakan bahwa Turki akan mempertahankan perjuangannya untuk membela Al Quds (Yerusalem) sampai kota itu dikelola dengan cara yang sesuai kepentingan dunia Islam.
Selain itu, Erdogan memperingatkan Israel bahwa Turki akan memanggilnya untuk mempertanggungjawabkan serangannya terhadap kompleks Masjid Al-Aqsha di depan komunitas internasional.
Ketegangan meningkat di Yerusalem sejak bulan Februari, ketika polisi Israel secara sepihak menutup Gerbang Al-Rahmah di kompleks Al-Aqsha, yang terletak berdekatan dengan tembok timur Kota Tua, penutupan itu memicu demonstrasi warga Palestina.
Selama berminggu-minggu sejak itu, otoritas Israel telah melarang sejumlah warga Palestina – termasuk pejabat agama – memasuki kompleks itu, yang bagi umat Islam adalah situs paling suci ketiga di dunia.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsha berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Israel menganeksasi seluruh kota pada tahun 1980 dalam suatu langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. (Anadolu/bilal)







