MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta (03/04) – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah melalui akun tweeternya @fahrihamzah berkicau “Seorang polisi BERBOHONG bahwa ada mobilisasi dukungan Polri ke Petahana Capres 01, gempar jagad Indonesia. (Lalu ngaku salah dan minta maaf). KASUS SELESAI, BEBAS! Seorang Ratna BERBOHONG dipukul preman, gempar berita. (Lalu ngaku salah dan minta maaf). KASUS LANJUT, DITAHAN!”

Pada tangga 31 Maret 2019 Mantan Kapolsek Pasirwangi Kabupaten Garut, Jawa Barat, Ajun Komisaris Sulman Azis meminta kepada petinggi Polri agar tidak menggunakan anggota polisi khususnya level tamtama dan bintara dalam memperebutkan kekuasaan di Pilpres 2019. Sulman merasa ada banyak keganjilan berdasarkan pengalamannya sejauh ini.
“Kepada para pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia, jangan jadikan kami sebagai alat untuk merebut suatu kekuasaan,” tutur Sulman di kantor Lokataru, Jakarta, Minggu (31/3). “Kami adalah patriot bangsa. Kami adalah penegak hukum yang harus bekerja sesuai dengan harapan rakyat,” ujar Sulman.

Besok harinya tanggal 01 April 2019 Sulman mencabut pernyataan ini di Markas Polda Jawa Barat. Sulman mengaku melontar pernyataan yang menghebohkan lantaran masih emosi usai dimutasi dari jabatannya sebagai Kapolsek Pasirwangi menjadi Kanit Seksi Pelanggaran Gakkum Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat.
“Sebetulnya itu saya sampaikan karena saya waktu itu emosi, saya telah dipindah tugas kan dari jabatan saya yang lama sebagai kapolsek,” ujar Sulman di Mapolda Jawa Barat, Senin (1/4)

Kebohongan Ratna Sarumpaet, seorang artis senior, budayawan, serta aktivis masyarakat yang telah malang melintang selama puluhan tahun di tengah masyarakat Indonesia. Dengan tanpa beban, Ratna berhasil membuat sejumlah tokoh politik ‘iba’ saat mendengar laporan dari mulut Ratna bahwa dirinya telah mengalami pemukulan oleh orang tak dikenal di kawasan Bandung. Setelah terungkap, Ratna ternyata sama sekali tidak menjadi korban pemukulan, melainkan menjalani operasi plastik di sebuah rumah sakit di kawasan Menteng, Jakarta
Kebohongan Ratna menuai kecaman dari masyarakat terutama di media sosial. Sejuta caci maki dan hujatan dilontarkan tak hanya kepada Ratna, tapi juga kepada tokoh oposisi yang kala itu bersimpati pada Ratna dan langsung menggelar konferensi pers. Akibat perbuatannya, Ratna kini menjalani proses hukum dan diperlakukan sebagai pesakitan.