MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Myanmar mencela Malaysia yang menggelar pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) beberapa waktu lalu, Sabtu (21/1). Pertemuan OKI di Kuala Lumpur membahas isu Rohingya di Rakhine State.
Myanmar menyebut upaya Malaysia adalah untuk menekan negara lain demi kepentingan politik. Pertemuan OKI pada Kamis dipimpin tuan rumah Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Ia menyeru Myanmar untuk berhenti menyerang dan mendiskriminasikan minoritas Rohingya.
Najib mendesak 57 negara Muslim anggota OKI untuk bertindak mengakhiri sesuatu yang ia sebut tragedi kemanusiaan tersebut. Pada Sabtu, Myanmar menampik dengan kasar tindakan Malaysia.
Kantor Kementerian Luar Negeri Myanmar, dikutip kantor berita pemerintah Global New Light of Myanmar, menyayangkan Malaysia. Myanmar juga menuduh Kuala Lumpur mengeksploitasi krisis untuk agenda politik.
Selain itu, Malaysia dinilai telah merusak upaya pemerinah Myanmar untuk mengatasi masalah. “Pemerintah telah berusaha untuk menjaga kehidupan dan menjamin keamanan masyarakat dari serangan kekerasan ekstremis baru,” kata kementerian dalam pernyataan.
Pada Jumat, negosiator HAM PBB mengkritik operasi Myanmar dan mendesak militernya untuk menghormati hukum juga HAM. Najib menjadi salah satu pemimpin yang paling vokal mencela pemerintah Myanmar dalam kasus di Rakhine.
Indonesia Beri saran konstruktif pada OKI
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan Indonesia memberikan saran konstruktif kepada anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dalam menyelesaikan konflik minoritas Muslim Rohingnya di Myanmar.
“Bagaimana membangun toleransi dan harmoni karena di Rakhine State ada satu konflik yang sifatnya horizontal. Trust antara komunitas Muslim dan Buddha juga harus dibangun oleh karena itu Indonesia akan menyampaikan saran konstruktif kepada OKI,” ujar Retno sebelum pembukaan Sidang Istimewa Dewan Menteri Luar Negeri OKI Tentang Situasi Komunitas Muslim Rohingnya di Kuala Lumpur, Kamis.
Retno menegaskan pendekatan konstruktif ini sudah dilakukan Pemerintah Indonesia, karena Indonesia sudah mengirimkan sepuluh kontainer bantuan makanan pakaian ke Myanmar, selain itu Indonesia juga sudah memiliki enam sekolah dan Sekolah Indonesia ini tidak saja terbuka untuk komunitas Muslim, tetapi juga untuk komunitas Hindu.
Retno menegaskan hasil pertemuan OKI akan disampaikan ke Myanmar dan Indonesia akan berupaya memainkan peranan sebagai jembatan terhadap siapa saja yang memerlukan karena pihaknya sudah melakukan banyak hal di Myanmar.
“Kita siap membantu masyarakat Muslim dan membantu Myanmar menyelesaikan masalah itu. Karena itu, selain bantuan kemanusiaan kami juga sudah sampaikan ke Myanmar untuk kerja sama dalam pelatihan polisi, berbagi pengalaman militer kita ke militer Myanmar, dialog antar-iman (interfaith), saya sudah bicara dengan meneteri Uni Emirat Arab untuk membahas masalah ini,” ungkapnya.
Masalah di Rakhine ini muncul ke permukaan sejak Oktober tahun lalu. Saat beberapa tentara Myanmar tewas di Rakhine. Sejak saat itu militer meluncurkan operasi untuk memberantas teroris. Namun yang terjadi, ribuan penduduk Rohingya mengungsi dari rumah-rumah mereka.
Para pengungsi ini melaporkan tindak pelanggaran HAM oleh aparat, termasuk pembunuhan, pembakaran rumah, pemerkosaan, penahanan hingga penyiksaan. Sejak saat itu, sedikitnya 86 orang dilaporkan tewas. PBB mengatakan sedikitnya 66 ribu penduduk Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. (MH007)
Sumber: Republika – Antara










