MEDIAHARAPAN.COM, Surabaya (09/04) – Ada apa dengan memobilisasi keluarga pejabat dan karyawan mendapatkan aktivasi aplikasi LinkAja. Kontroversi ulangtahun BUMN dan kampanye politik 2019 cukup menutupi berapa banyak keuntungan yang ditarik hasil aktivasi aplikasi. Kemeriahan Stadion Delta Sidoarjo untuk ceremonial perayaan ulang tahun Kementrian BUMN dengan biaya besar, adakah modal yang kembali untung ?

Aktivasi sebuah aplikasi menjadi penting dalam bisnis financial technologi (Fintech) dengan market yang jelas dan masif. Aplikasi LinkAja merupakan alat pembayaran berbasis Fintech, produk ini dioprasikan oleh perusahaan baru dibentuk akhir Januari 2019 yakni PT Fintek Karya Nusantara (Finarya).
Ada apakah antara menteri BMUN dan ngototnya publik ekpos aplikasi LinkAja milik perusahan baru Finraya, walau dibentuk oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia (persero) Tbk (TLKM). Saat ini Finraya dimiliki 99,99% oleh Telkomsel. Perusahaan ini mengintegrasikan layanan pembayaran milik Telkomsel, T-Cash menjadi LinkAja.

semoga platform tersebut bukan persekongkolan memonopoli fintech untuk pembayaran diperusahaan pelat merah. LinkAja akan mengintegrasikan layanan QR Code, uang elektronik, hingga card transaction.
Karena ke depan para pengguna dapat menghubungkan kartu debit dan kartu kredit untuk melakukan pembelian atau isi ulang (top up) LinkAja. Namun pada tahap pertama, BUMN akan membenahi ekosistem pembayaran LinkAja.
Ketua Himbara sekaligus Direktur Utama BTN Maryono membenarkan hal tersebut. Masuknya anggota Himbara sebagai pemilik saham Finraya terjadi lantaran mereka juga akan melebur ke Holding.
“Finarya nantinya akan dimiliki beberapa BUMN, khususnya Himbara. Karena akan masuk holding keuangan, termasuk anak perusahaannya. Sehingga Finraya juga akan masuk ke holding,” katanya kepada media