Air Matamu Ibu
Oleh: Denny JA
Lama aku terpana
Menatap air mata
Beberapa tetes saja
Di ujung mata
Ada apa Ibu?
Lembut kutanya dari kalbu
Tak kuharap kata
Karena kau lama tak lagi bicara
Tak kuharap gerak tangan
Karena tanganmu lama tak bergerak
Kutunggu hanya tanda
Isyarat saja
Dari hati ke hati
Tahunan sudah kau di kursi roda
Walau sudah renta, mata masih bertenaga
Walau tak lagi berkata, mata masih bicara
Awalnya aku menduga
Kau ingin bertanya
Hal besar seperti biasa
Seperti saat dulu
Kau dongengkan aku
Tentang matahari di puncak bukit
Kau tumbuhkan api di hatiku
Untuk terus mengejar
“Ayo nak, takdirmu menangkap matahari”
Akupun panjang lebar bercerita
Tentang gunung yang sudah kudaki
Tentang laut yang sudah kuselami
Tentang langit yang sudah kusentuh
Tentang dunia yang begitu berubah
Kau tetap diam saja ibu
Hanya merespon dengan air mata
Ada apa ibu?
Apakah bukan itu yang kau ingin dengar?
Kau menjawab dengan air mata, ibu
Kembali menetes di ujung mata
Ketika kuseka
Air matamu menjelma samudera
Aku menjelama kapas
Tenggelam dalam samudera
Hening yang dalam
Memberi pengertian
Ya ibu
Aku paham
Ternyata kau hanya rindu sebuah masa
Ketika kau mengajariku aku
pakai sepatu baru
Lalu kau antar aku ke gerbang sekolah
Pertama kali lepas dari pandangmu
Aku berlari menangis mengejarmu
Tak mau pisah darimu
Tersenyum kau peluk aku
Kau katakan usiaku sudah lima tahun
aku harus tumbuh
Kau rindu masa itu ibu
Ya aku juga rindu
Bercengkerama denganmu seperti dulu
Kembali kau teteskan air mata
Kembali kuseka air matamu
Tapi kini dengan air mataku
Selam menyelam air mata kita
Tanpa kata
Penuh makna
Jakarta, 15 Januari 2017
Denny JA