MEDIAHARAPAN.COM, Jenewa – Para pegiat Hak Asasi Manusia mendesak Arab Saudi harus membebaskan semua aktivis perempuan dari penjara tanpa syarat.
Mereka berbicara di depan Rapat Tahunan Dewan HAM PBB di Jenewa.
Mereka mengatakan Kerajaan juga harus menyelidiki tuduhan penyiksaan.
“Kami mencatat kegagalan untuk meluncurkan penyelidikan independen soal laporan penyiksaan di Arab Saudi,” ujar Pelapor khusus PBB tentang Hak Asasi Manusia Fionnuala Ni Aolain saat berbicara di panel “Arab Saudi: Saatnya Bertanggung Jawab” selama sesi reguler ke-40 PBB untuk Manusia, Senin (4/3/2019).
Michel Forst, Pelapor khusus PBB tentang situasi pembela HAM, mengatakan, “Pekerjaan pembela HAM tidak bertentangan dengan keamanan nasional.”
Arab Saudi menggunakan sengatan listrik, cambuk dan kekerasan seksual sebagai metode penyiksaan terhadap para pembela HAM yang ditahan, kata Zaynab Al-Khawaja dari Gulf Center for Human Rights.
“Semua pembela HAM wanita yang ditahan harus segera dibebaskan tanpa syarat apa pun. Pelaku yang menyiksa mereka harus diadili.”
Al-Khawaja mengatakan dia ditahan beberapa kali saat berkampanye untuk hak-hak perempuan di Bahrain dan dibebaskan karena tekanan internasional.
“Kami tidak ingin para pembela HAM dibebaskan begitu saja tetapi untuk dapat terus melakukan pekerjaan yang mereka lakukan,” tambahnya.
Omaima Al Najjar, seorang aktivis Saudi di pengasingan yang tinggal di London, mengatakan Arab Saudi mengalihkan perhatian masyarakat internasional dari pelanggaran hak asasi manusia dengan “reformasi kosmetik”.
“Meskipun wanita sekarang bisa mengemudi, para wanita yang berkampanye untuk perubahan ini masih di penjara,” katanya.
Al-Khawaja mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa siapa pun yang ingin meningkatkan hak asasi manusia di negara itu telah dinyatakan sebagai musuh.
“Mereka mengambil foto telanjang tahanan perempuan. Karena mereka tahu budaya kita dengan baik dan bagaimana cara menyakiti wanita. Itu sebabnya wanita harus dilindungi, ”katanya.
Al-Khawaja juga mengatakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberi Arab Saudi dan Bahrain lampu hijau demi hubungan ekonomi. (Anadolu/bilal)