MEDIAHARAPAN.COM -Negara-negara Asia Tenggara melihat instalasi sistem senjata China di Laut Cina Selatan sangat mengganggu dan ingin mencegah militerisasi dan mendesak dialog untuk menghentikan perkembangan terbaru dari meningkatnya aktivitas Negri Tirai Bambu di laut sengketa tersebut, Filipina, Selasa (21/2).
Menteri luar negeri dari 10 negara anggota ASEAN dengan suara bulat menyatakan keprihatinan mereka tentang reklamasi dan militerisasi pulau-pulau buatan Beijing, kata Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay.
Yasay tidak menyatakan perkembangan tersebut memicu kekhawatiran, tetapi mengatakan, ASEAN berharap China dan Amerika Serikat akan menjamin perdamaian dan stabilitas.
“Para anggota ASEAN telah sepakat berdasarkan ekspresi mereka mengkhawatirkan apa yang mereka lihat sebagai militerisasi wilayah,” kata Yasay kepada wartawan di pulau Filipina, Boracay.
Filipina akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan ASEAN, beberapa di antara anggota ASEAN bergabung dengan kekuatan luar, termasuk China dan Amerika Serikat.
“Mereka (ASEAN) telah memperhatikan, sangat kecewa , bahwa China telah menginstal sistem senjata di fasilitas ini bahwa mereka telah menetapkan, dan mereka telah menyatakan keprihatinan yang kuat tentang hal ini.” Yasay menambahkan terkait aktivitas China di pulau-pulau buatan.
Gesekan antara Amerika Serikat dan China atas perdagangan dan wilayah di bawah Presiden AS Donald Trump telah memicu kekhawatiran bahwa Laut China Selatan bisa menjadi flashpoint, dengan banyak ekonomi Asia Tenggara sangat bergantung pada kedua negara itu.
China mengklaim sebagian besar perairan kaya energi, di mana sekitar $ 5 triliun perdagangan kapal-borne melewati Laut China Selatan tiap tahun. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim yang sama.
China pada Jumat menyelesaikan latihan perang yang melibatkan kapal induk sendiri yang membuat negara tetangga terkesima. Sementara itu Angkatan Laut AS, dalam formasi Carrier Strike Group (CSG), telah mulai patroli rutin di Laut China Selatan.m sejak Sabtu (18/2).
Tiga hari sebelumnya China mengeluarkan peringatan, menyusul insiden di awal Februari ketika pesawat P-3 milik Angkatan Laut AS dan pesawat militer China dalam jarak berdekatan satu sama lain diatas Laut China Selatan.
Yasay mengatakan negara-negara ASEAN berharap kepada Trump dalam beberapa bulan kedepan dapat memberikan gambaran kebijakan yang lebih konkret dan jelas terutama mengenai sikapnya terhadap China.
“Kami tidak tahu gambaran lengkap tentang apa kebijakan luar negeri yang akan diambil (oleh AS, red) sejauh hubungan yang bersangkutan dengan China . Kami, bagaimanapun, berharap bahwa kebijakan yang keluar akan positif.” Terang Yasay.
Dia juga mengatakan ASEAN ingin kerangka kerja untuk menyusun kode etik maritim antara China dan ASEAN akan selesai pada bulan Juni, dan Beijing telah menunjukkan tertarik untuk itu.
Semua pihak harus memastikan bahwa kode, yang telah membuat sedikit kemajuan di laut sengketa sejak ide itu disepakati pada tahun 2002, diperlukan secara hukum “mengikat dan dapat dilaksanakan”, tambah Yasay. (Ze)