MEDIAHARAPAN.COM, Batusangkar, Sumatera Barat-Saat ini media sosial dibanjiri dengan video-video bernada penghasutan dan menjurus kepada pembentukan paham radikalisme. Hal itu sangat membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tak banyak cara mengantisipasi selain ikut menangkis dunia maya itu dengan video-video yang berisi narasi sebaliknya yakni deradikalisasi.
“Yang membanjiri berbagai kanal medsos dengan video radikal itu lebih banyak kaum muda. Sayangnya tidak banyak kaum muda yang dengan kesadaran sendiri ikut meluruskan narasi-narasi negatif yang menjurus pada perpecahan bangsa dengan meng-upload video-video bernarasi positif,”
Hal itu dikatakan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Barat, Dr. Zaim Rais, ketika Workshop Melawan Video Radikal dengan Video Antiradikal, Kamis siang (12/03) di hotel Emersia Batusangkar.
Menurut Zaim, sangat penting anak-anak muda diberikan pemahaman bahaya radikalisme sambil diberi pelatihan bagaimana membuat video-video pendek yang diupload ke medsos seperti Youtube, Instagram, Twitter atau Facebook.
Workshop sehari penuh yang diikuti 110 siswa SLTA dari berbagai sekolah di Kabupaten Tanah Datar itu diarahkan Sineas Nasional Swastika Nohara dan sekaligus diajarkan bagaimana membuat video pendek bertajuk “Kita Indonesia”.
Kenapa mesti yang menjadi perhatian adalah anak-anak muda?
Menurut Kasubdit Bina Masyarakat BNPT, Kolonel Solahuddin Nasution yang turut menjadi narasumber mengatakan anak dengan usia remaja atau pelajar sangat rentan terpapar paham radikal. Terlebih, anak muda yang di usianya tengah melakukan pencarian jati diri.
“Pelajar diharapkan dapat membedakan sebuah paham yang diajarkan, dalam arti kata paham tersebut tergolong positif dan jauh dari ajaran radikalisme,”ungkapnya.
Solahuddin berharap anak muda dapat membedakan, ini mengarah ke paham radikal atau tidak. Radikal yang dimaksudkan radikal terorisme. Lewat generasi muda inilah sebagai duta di Sumatera Barat yang menyampaikan, minimal ke keluarga dan teman sebaya.
Menurut Dia lagi, mesti digerakkan bersama-sama oleh semua elemen untuk mencegah paham radikal yang memicu terorisme. BNPT sendirian saja melaksanakan upaya penanggulangan terorisme di negeri ini tidak akan bisa kecuali bersinergi dan bekerja sama dengan berbagai pihak.
Lebih lanjut Solahuddin menyebutkan jika selama ini informasi yang didapatkan BNPT terkait kelompok maupun individu yang terpapar paham radikal merupakan informasi yang bersifat parsial. BNPT menghimpun informasi tersebut dari TNI/Polri, Pemda dan kementrian agama, serta sumber lainnya.
“Tidak mungkin BNPT mengcover informasi (orang/kelompok terpapar radikal) diseluruh Indonesia. Makanya dalam Undang-Undang itu bagaimana tugas dan fungsi kita masing masing, dan dilaksanakan secara bersama- sama. Intinya, data-data orang yang punya paham radikal seluruh Indonesia kita miliki,” ungkapnya.
Solahuddin juga mengatakan jika orang orang yang terpapar paham radikal di Sumatera Barat tidak sebanyak di Sumatera Utara dan wilayah Pulau Jawa. Solahuddin juga membuka ruang bagi perangkat daerah dan aparat keamanan untuk memiliki data BNPT yang nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pendampingan dan antisipasi.
“Tapi kalau dibutuhkan (data) saya bisa share ke aparat di sini, untuk mendampingi dan mengantisipasi rekan rekan kita yang sudah memiliki pemahaman radikal. Termasuk mengantisipasi masyarakat kita yang sudah keluar penjara karena kasus teroris namun masih memiliki paham radikal,”tambahnya lagi.
Sementara, Kepala Kesbangpol Kabupaten Tanah Datar, Irwan yang mewakili Bupati dalam sambutanya menyampaikan bahwa radikalisme kini menjadi momok dan ancaman bagi kedaulatan negara NKRI ini.
Radikalisme dapat berkembang apabila seseorang mempunyai pemikiran yang sempit dan kurang memahami suatu ajaran. Dan Ia (radikelisme-red) akan menjadi gerbang dari aksi teror yang dilancarkan oleh para teroris.
“Maka melalui kegiatan yang positif ini dengan menggandeng para pelajar untuk mencegah dan mengantisipasi munculnya perkembangan radikalisme terhadap generasi muda. Generasi ini harus paham dan mengerti serta menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,” kata Irwan.
Sementara itu Kabid Media FKPT Sumbar, Heranof Firdaus mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan pertama di tahun 2020 ini yang digelar oleh FKPT Sumatera Barat.
“Tahun ini kita akan buat acara sosialisasi bahaya radikalisme sebanyak lima kegiatan hingga akhir tahun nanti,” kata Heranof yang juga Ketua PWI Sumatera Barat tersebut. (Irfan F)










