Anas Urbaningrum sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sukamiskin Bandung aktiv melakukan manuver opini politik via media sosial. Melalui akun tweeter @anasurbaningrum berkicau dengan hastag #transferkader, Anas menegaskan bahwa transfer kader ke Hanura adalah manuver yang biasa saja. Anas menyatakan kalau sekarang dia mendukung para sahabat berjuang bersama Hanura, itu adalah hal yg biasa saja. Bukan hanya karena Osman Sapta Odang (OSO) meminta dibantu. Tetapi Hanura memang layak dibantu usahanya untuk tumbuh.
Momentum akhir tahun 2016 Anas menawarkan agenda politik #transferkader menyambut tahun baru 2017. Selain itu Anas menambahkan kalau dia teringat dulu Cak Nur di masa Orba membantu PPP dengan filosofi “memompa ban kempes”. Anas meyakinkan Kalau Hanura bukan “ban kempes”. Tapi bannya belum dipompa maksimal.

Dibutuhkan tambahan para pemompa yang makin banyak dengan kualifikasi kecakapan yg memadai. Dengan strategi lengkap, taktik tepat, pemain-pemain cakap dan militan, insyaallah naik pada klasemen akhir pemilu 2019.
Ini adalah usaha dan kerja demokrasi. Tidak perlu ada yg gelisah, apalagi benci. Ini kompetisi biasa saja.
Apakah seperti proses transfer Liga Inggris yg melibatkan angka ? Tidak. Bukan rumus itu. Ini adalah aktualisasi perjuangan politik di tempat yg dinilai membuka ruang inisiatif dan kreatifitas.
Kursi jatuh dari langit itu tahayul.
Anas mengibaratkan trasnfer kader sama seperti tim sepakbola, partai ingin kinerjanya bagus dalam menggerakkan mesin dan mendapatkan hati rakyat.
Tentu saja ukuran kinerja yg tertinggi adalah perolehan kursi dalam pileg, pilkada dan pilpres. Faktanya tidak ada perolehan kursi yang taken for granted.
Perolehan suara dan kursi adalah refleksi dari kinerja partai dalam menunaikan fungsi-fungsinya. Jika fungsi-fungsi partai ditunaikan dengan baik oleh kader-kader yang cakap dan merata, suara dan kursi akan dipercayakan oleh rakyat.
Parpol adalah alat demokrasi.

Menurut Anas kalau di dunia partai, musim transfer pemain biasanya terjadi saat Kongres, Kongres Luar Biasa (KLB) atau jelang penyusunan caleg. Pada saat itulah setiap partai ingin menyusun tim kerja dan tim caleg yang dinilai terbaik.
Karena itu semestinya dikelola sesuai spirit dan prinsip demokrasi. Jika proses ini dinilai semacam transfer pemain, itulah konteks dan pengertiannya. Bukan yg lain.
Ada yang tanya apakah ini serius? Saya jawab : kalau berkomitmen bekerja, saya tidak pernah tidak serius. Kerja serius adalah terjemahan dari tidak main-main dalam menunaikan amanah.
Terkait hak politik sedang dicabut
Salah satu putusan yang dzalim itu adalah pencabutan hak untuk dipilih pada jabatan publik. Artinya, saya tdk bisa menjadi calon pejabat publik yg dipilih oleh pemilih dalam sebuah pemilihan.
Tidak masalah. Karena putusan itu bisa dikoreksi oleh proses hukum PK dng putusan yg lurus dan adil. Jika suatu hari keadilan tiba, putusan yg dzalim itu dikoreksi, bukan berarti saya berambisi nyalon ini dan itu.
“Ini adalah perkara memperjuangkan hak dan keadilan. Agar kedzaliman tidak terus menerus dinilai sebagai kebenaran”.
Apakah saya berambisi jadi pejabat publik? Ketika jadi Ketum PD, justru saya mundur sbg Anggota DPR dan Ketua Fraksi PD.
Lalu bgm kaitan saya dng transfer kader ke Hanura? Intinya saya bantu sesuai kemampuan dan keadaan.
Insyaallah ada hal2 yg jika dikerjakan dengan strategi yang tepat akan berfaedah bagi kemajuan Hanura.
Bagi para sahabat di partai-partai lain, tidak usah khawatir. Saya tetap sahabat dan siap membantu.
Ada waktu bersih sekitar 2 tahun untuk menata dan berbenah. Pendek, tapi cukup memadai.










