MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama akan menggelar pertemuan atau Ijtima Ulama ke-4. Namun, terkait jadwal, tempat, dan tema masih akan dibicarakan dalam rapat persiapan.
“Ini masih tahap awal, apa yang akan dibahas pada rapat adalah soal sikap keumatan dari ormas-ormas yang bergabung dengan GNPF terkait situasi terbaru,” kata Ketua GNPF-Ulama, Ustaz Yusuf Martak dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).
Menurut Yusuf, Ijtima ke-4 akan merangkum semua masukan para tokoh, ulama, dan ormas yang menjadi bagian GNPF. Masukan tersebut akan menjadi sikap resmi GNPF Ulama.
“Semua masukan itu nanti jadi sikap kami,” ujarnya.
Yusuf menegaskan GNPF Ulama tidak menyikapi manuver-manuver politik kelompok lain, termasuk pertemuan Lebak Bulus antara Jokowi-Prabowo. Sebab, GNPF-Ulama menyikapi arah politik harus dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan ulama dna ormas Islam.
“Saat ini, kami masih santai-santau saja, tidak berpengaruh dengan situasi di luar, karena semua kelompok punya hak untuk melakukan pertemuan. Kami hanya mengikuti masukan dan arahan ulama serta imam besar kami,”jelasnya.
Sekjen FPI sekaligus pendiri GNPF-Ulama Munarman, menambahkan bahwa Ijtima ulama ke-4 bertujuan melakukan konsolidasi ulama dan umat terkait keputusan beberapa bidang pada ijtima sebelumnya.
“Pada intinya, ijtima ke-4 untuk melakukan konsolidasi kalangan umat dan ulama, karena sejak awal kami melakukan ijtima ada keputusan bidang-bidang, seperti bidang ekonomi, organisasi dan politik,” katanya.
“Karena waktu Ijtima sebelumya memang jelang Pilpres, keputusan bidang politik lebih seksi,” lanjutnya.
Lanjut Munarman, Ijtima ke-4 juga dalam rangka melakukan evaluasi keputusan sebelumnya. Termasuk evaluasi sikap politik selama Pilpres.
“Ulama dalam politik adalah perjuanhan tata nilai, bukan terseret politik praktis power sharing, ini yang akan dijelaskan,” ujarnya. (bilal)