• Redaksi
  • Kode Etik
Media Harapan
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
Media Harapan
No Result
View All Result
Home Featured

Koruptor Itu Hebat dan Mempersatukan Bangsa

Berkat para koruptor, berkat oligarki, ada tanda-tanda yang sangat kuat, semua elemen masyarakat mulai bangkit bersatu.

by Bilal
20 September 2019 10:59
in Featured, Opini
0
Koruptor Itu Hebat dan Mempersatukan Bangsa

Oleh : Hersubeno Arief

MEDIAHARAPAN.COM – Untung saja ada koruptor. Dan untungnya koruptor itu bersatu. Menjadi oligarki yang saling melindungi.

Coba bayangkan, andaikata mereka tidak bersatu. Bahu membahu mempercepat revisi UU. Memilih figur cacat sebagai pimpinan KPK yang baru. Bersekongkol melemahkan KPK. Apa jadinya dengan bangsa kita?

Para akademisi, lemah syahwat menghadapi berbagai ketimpangan di tengah masyarakat. Mahasiswa lelap dalam tidur panjang dan mimpi indah. Tak peduli apapun yang terjadi, di luar diri mereka sendiri.

Media terus membebek, menghamba pada kuasa. Para aktivis menjadi pelacur, hanya demi sekerat remah kekuasaan. Para tokoh, cerdik pandai kehilangan akal sehatnya. Dungu!

Dan yang paling parah, masyarakat kita terbelah semakin dalam. Dua kubu saling bertentangan. Dua kelompok yang terus menerus mencari kesalahan masing-masing. Saling terkam. Saling hajar!

Karena perbedaan pilihan politik. Mereka mengalami disorientasi. Tidak bisa membedakan buruk dan baik. Mana yang dungu dan mana yang akal sehat!

Berkat para koruptor, berkat oligarki, ada tanda-tanda yang sangat kuat, semua elemen masyarakat mulai bangkit bersatu. Mulai dari akademisi, tokoh masyarakat, mahasiswa, LSM, media, kembali ke jalur semula.

Siuman. Back on the right track.

Ratusan profesor dan dosen di UGM, almamater Presiden Jokowi menyuarakan protesnya. Mereka menyesal telah mendukung Jokowi. Kampus UII Yogyakarta menyiapkan mosi tidak percaya.

Di Bandung konsolidasi mahasiswa Unpad malah jauh lebih maju. Mereka sudah menyampaikan mosi tidak percaya terhadap Jokowi.

Di Pekanbaru, Riau ribuan mahasiswa turun ke jalan memprotes Jokowi. Mereka bahkan mengambil alih sidang paripurna DPRD.

Di Jakarta sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, Kamis (19/9) menduduki gedung DPR. Mereka menyampaikan mosi tidak percaya kepada DPR.

Kampus-kampus besar seperti Trisakti dan UI mahasiswanya kembali turun ke jalan. Menunjukkan jati dirinya sebagai kampus reformasi dan kampus perjuangan.

Dua group media besar yang selama ini menjadi penyokong utama Jokowi —untuk sementara— kembali ke jalan yang benar. Alhamdulillah……

Kompas mulai sangat kritis terhadap Jokowi. Menelanjangi klaim Jokowi, bahwa dia mengajukan revisi atas pasal-pasal, seakan memperkuat KPK. Padahal pasal-pasal itu memang tidak ada dalam RUU KPK yang baru. Dengan bahasa lain, Kompas menyatakan Jokowi berbohong.

Berita semacam itu menyalahi kebijakan editorial, gaya bahasa Kompas yang njawani. Prinsip mereka selama ini adalah jurnalisme “slaman, slumun, slamet.”

Indonesianis Ben Anderson menyebut Kompas sebagai “jurnalisme meliuk.” Swasensor. Menerapkan sensor internal, sebelum kena sensor penguasa.

Gegara isu pelemahan KPK, kebijakan redaksi itu mulai ditinggalkan. Mereka mulai garang.

Tempo menulis Tajuk, sebagai sikap redaksi yang sangat keras mengecam Jokowi. Sampul muka majalah Tempo menampilkan gambar Jokowi dengan bayangan hidung yang memanjang, mirip boneka Pinokio.

Dalam dongeng anak-anak yang sangat populer dan mendunia, Pinokio adalah boneka yang digambarkan hidungnya memanjang, setiap kali berbohong.

Sampul majalah ini membuat pendukung garis keras Jokowi meradang. Mereka mengadukan kasusnya ke Dewan Pers, dan berencana melaporkan ke polisi.

Di dunia maya, caci maki, sumpah serapah, ditujukan ke Tempo. Buzzer menyerbu tak kenal ampun.

Tempo bergeming. Koran Tempo edisi Jumat (20/9) memilih headline sangat garang dan menantang. Dengan judul dalam huruf kapital: MENOLAK KEMBALI KE ORDE BARU.

Foto ribuan mahasiswa di depan pagar gedung MPR/DPR sambil mengepalkan tangan, dipajang satu halaman penuh.

Goenawan Mohammad pendiri majalah Tempo melalui akun twitter menyatakan kekecewaannya terhadap politisi yang disebutnya penuh kepalsuan.

Oleh pegiat dunia maya kicauannya itu dianggap sebagai bentuk kekecewaannya terhadap Jokowi.

Seperti sebuah virus, gerakan ini menyebar dan menular dengan cepat. Tiba-tiba muncul kesadaran bersama bahwa Jokowi adalah bagian dari persoalan. Bagian dari oligarki yang melindungi para koruptor.

Lebih hebat dari Jokowi dan Prabowo

Isu pelemahan KPK ternyata bisa menjadi isu bersama. Bisa menjadi solidarity maker. Berkah di balik musibah. Menyatukan masyarakat sipil. menyatukan elemen-elemen anak bangsa yang terpecah belah.

Apa yang susah payah dilakukan oleh Jokowi dan Prabowo, dengan mudah “dilakukan” oleh para oligarki dan koruptor.

Tidak perlu naik MRT dan makan siang bersama. Tak perlu ada diplomasi nasi goreng. Tak perlu ada janji-janji kursi di kabinet, jabatan-jabatan basah di pemerintahan. Konsesi jabatan di DPR, duta besar, maupun BUMN. Tidak perlu ada konsesi bisnis, atau bantuan pelunasan utang.

Tiba-tiba semua menyatu, menghadapi musuh bersama.

Gerakan ini seperti aliran sungai yang datang dari ribuan arah. Berbagai penjuru Indonesia. Tanpa komando. Mereka mencari muara ke samudera luas. Menjadi gelombang besar. Siap melibas oligarki dan koruptor.

Dimanapun perubahan besar, bukan didorong oleh struktur formal. Dorongan pada perubahan (sosial, politik) selalu datang dari kelas menengah, kaum terdidik.

Akibat perbedaan pilihan politik, selama lima tahun terakhir, kelas menengah terdidik seperti mengalami disorientasi.

Kini urusan politik sudah selesai. Tampaknya telah tiba waktunya kaum cerdik pandai menjalankan tugas mulia: menjaga keutuhan dan keselamatan bangsa dan negara. end

Comments

comments

Tags: Hersubeni AriefKPKPelemahan KPK
Previous Post

Soal RUU P-KS, Komisi 8 Diminta Jangan Main Kucing-Kucingan

Next Post

DPR Pertimbangkan Tunda Pensahan RKUHP

Bilal

Next Post
DPR Pertimbangkan Tunda Pensahan RKUHP

DPR Pertimbangkan Tunda Pensahan RKUHP

BERITA POPULER

Cara memperbaiki printer mp287 dengan kode error e03

Cara memperbaiki printer mp287 dengan kode error e03

20 April 2023 09:33
Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

29 April 2019 08:25
10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

28 August 2023 14:39
Ragam Kesenian Tradisional Yogyakarta

Ragam Kesenian Tradisional Yogyakarta

4 October 2022 09:04
Jambore Pramuka Muslim Dunia Pertama di Indonesia Siap Sambut 15 Ribu Peserta

Jambore Pramuka Muslim Dunia Pertama di Indonesia Siap Sambut 15 Ribu Peserta

5 September 2025 18:20
Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun, Pokja PAUD Kabupaten, Bunda PAUD Kecamatan Dan Nagari Se Tanah Datar Dikukuhkan

Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun, Pokja PAUD Kabupaten, Bunda PAUD Kecamatan Dan Nagari Se Tanah Datar Dikukuhkan

11 September 2025 09:32

BERITA TERBARU

Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun, Pokja PAUD Kabupaten, Bunda PAUD Kecamatan Dan Nagari Se Tanah Datar Dikukuhkan

Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun, Pokja PAUD Kabupaten, Bunda PAUD Kecamatan Dan Nagari Se Tanah Datar Dikukuhkan

11 September 2025 09:32
UBN: Pelabuhan Tunis Diperketat Pasca Serangan Drone ke Armada GSF

UBN: Pelabuhan Tunis Diperketat Pasca Serangan Drone ke Armada GSF

11 September 2025 09:19
UBN Laporkan Kondisi Relawan Sumud Flotilla dan Serangan Drone di Perairan Tunisia

UBN Laporkan Kondisi Relawan Sumud Flotilla dan Serangan Drone di Perairan Tunisia

11 September 2025 09:11
Komisi 1 DPR: Israel Lakukan Kejahatan Kemanusiaan Hancurkan Rumah Palestina

Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI Kecam Serangan Israel ke Doha

11 September 2025 08:50

Follow Us

Media Harapan merupakan web portal berita berbasiskan citizen jurnalism yang menyajikan berbagai peristiwa yang terjadi baik dalam maupun luar negeri. Semua materi dalam situs mediaharapan.com boleh di copy guna keperluan pengembangan pengetahuan dan wawasan masyarakat khususnya peningkatan inteligensi pemuda-pemudi Indonesia dan referensi non komersil dengan mencantumkan mediaharapan.com sebagai sumbernya. Semua masyarakat khususnya pemuda-pemudi Indonesia dapat berpartisipasi sebagai citizen jurnalism dengan mengirimkan rilis, informasi, berita, artikel, opini atau foto untuk dipublikasikan melalui alamat email Redaksi.

Recent News

Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun, Pokja PAUD Kabupaten, Bunda PAUD Kecamatan Dan Nagari Se Tanah Datar Dikukuhkan

Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun, Pokja PAUD Kabupaten, Bunda PAUD Kecamatan Dan Nagari Se Tanah Datar Dikukuhkan

11 September 2025 09:32
UBN: Pelabuhan Tunis Diperketat Pasca Serangan Drone ke Armada GSF

UBN: Pelabuhan Tunis Diperketat Pasca Serangan Drone ke Armada GSF

11 September 2025 09:19
  • Redaksi
  • Kode Etik

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia