MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta (04/04/19) – Performa Induk BUMN Tambang PT Indonesia Asahan Aluminium seuai ekspektasi dengan meraup laba bersih sebesar Rp 8,28 triliun tahun 2018. Inalum merupakan induk usaha perusahaan tambang milik pemerintah, yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), dan juga PT Freeport Indonesia.
Pada 2018 lalu, Inalum membukukan pendapatan sebesar Rp 65,28 triliun, ada lonjakan laba bersih dari tahun 2017 sebesar 67,6%. Perolehan laba bersih Inalum ditopang oleh kenaikan pendapatan sebesar 38,3% dan penghasilan lain-lain sebesar Rp 5,02 triliun.
Dari sisi likuiditas, Inalum membukukan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp 6,12 triliun. Jumlah tersebut naik 6,43% dibandingkan arus kas operasional pada 2018. Sementara arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi tercatat defisit sebesar Rp 58,98 triliun. Hal itu disebabkan oleh arus kas keluar untuk penambahan investasi di Freeport Indonesia sebesar Rp 55,75 triliun.
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan pada 2018 tercatat sebesar Rp 56,45 triliun. Sumber arus kas pendanaan terbesar berasal dari penerimaan atas penerbitan obligasi sebesar Rp 57,9 triliun. Alhasil, posisi kas dan setara kas Inalum di akhir tahun 2018 tercatat sebesar Rp 20,27 triliun. Jumlah tersebut naik 25,6% dibandingkan posisi kas dan setara kas di awal 2018.
Utang obligasi yang dananya digunakan untuk mengakuisisi saham Freeport Indonesia mengakibatkan liabilitas Inalum naik lebih dari tiga kali lipat. Pada akhir 2018, liabilitas Inalum naik menjadi Rp 89,68 triliun dari sebelumnya Rp 27,24 triliun pada 2017.
Sementara itu, ekuitas Inalum hanya naik 15,11% dari Rp 66,01 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 75,99 triliun pada akhir 2018. Kenaikan liabilitas dan ekuitas itu membuat aset Inalum per akhir 2018 menjadi Rp 165,58 triliun. Dibandingkan periode 2017, aset Inalum tumbuh sebesar 77,7%.