MEDIAHARAPAN.COM, Pasuruan – Ratna Indah Kurniawati, masih berstatus perawat muda di Puskesmas Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Namun, tidak menyurutkan hatinya untuk membela para penderita kusta. Ratna menyadari benar apabila diskriminasi pada penderita kusta akibat edukasi yang belum merata. Masih banyak orang yang belum paham apabila penularan kusta itu perlu waktu yang lama.
Perempuan kelahiran 23 April 1980 ini pun blusukan ke kampung-kampung mencari penderita kusta yang mengucilkan atau dikucilkan. Pengabdian Ratna dimulai pada tahun 2008 ketika diangkat sebagai ketua Kelompok Perawatan Diri (KPD) di Grati. Data Kemkes yang menyatakan Indonesia berada di urutan 3 penyumbang kasus kusta membuat perawat ini makin termotivasi untuk mengedukasi masyarakat.
Ratna tak hanya mengedukasi secara teori, tapi juga melakukan berbagai hal untuk menyentuh sisi emosi. Selain memberikan bantuan pengobatan dan pengetahuan, Ratna juga melakukan pendekatan sosial, seperti melalui pengajian dan pertemuan. Saat di KPD ada pertemuan ia tak segan makan bersama dengan penderita kusta. Hal ini ternyata mendapat simpati dari masyarakat.
Mereka jadi turut mau bergabung dan percaya jika penularan kusta itu tidak instan. Tidak berhenti di situ, Ratna juga membimbing para penderita kusta agar dapat hidup mandiri. Ia memberikan pelatihan dan motivasi agar mereka memiliki usaha sendiri. Seperti halnya Pak Amat yang menderita kusta tahun 1997. Pak Amat kehilangan jemari akibat penyakit yang dideritanya. Berkat bimbingan Ratna, Pak Amat jadi punya usaha sendiri.
Usaha yang dimilikinya ini bisa menghasilkan berpuluh kilo jangkrik setiap bulannya. Berkat kegigihan serta pengabdiannya, Ratna menerima penghargaan Astra SATU Indonesia Awards 2011. Ratna juga berhasil mengadakan penyuluhan tentang kusta di berbagai tempat, seperti balai desa, sekolah, dan juga pondok pesantren. Stigma masyarakat terhadap kusta memang jadi pekerjaan rumah.
Dan tanggung jawab ini bukan untuk ditanggung oleh salah satu pihak saja. Butuh kerjasama dan kolaborasi dari berbagai elemen seperti masyarakat, pemerintah, serta komunitas agar edukasi tentang kusta dapat merata. Bila dilakukan bersama pasti bisa. Karena para penderita kusta dan OYPMK juga berhak mendapat perlakukan yang sama. Berhak mendapatkan pekerjaan pula. Semangat untuk hari ini dan masa depan. Semangat demi Indonesia yang lebih maju dan terdepan. (Ananda Maulana)










