Jakarta – Produsen fesyen dan apparel batik terkemuka Nayara menggelar acara membatik bersama 230 pengunjung di dua workshop-nya di Metro Department Store Mal Gandaria City dan Mal Puri Indah, Jakarta, akhir pekan kemarin (5 – 6 Oktober 2024).
Kegiatan ini bertujuan meramaikan Peringatan Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober 2024 dan dalam upaya mengampanyekan pemakaian batik sebagai busana sehari-hari masyarakat khususnya di kota-kota besar. Acara ini juga bagian dari edukasi untuk mengapresiasi kerja keras dan keterampilan para seniman batik.
“Lewat acara ini Nayara ingin merayakan Hari Batik Nasional bersama masyarakat sekaligus mengampanyekan batik sebagai busana sehari-hari masyarakat Indonesia,” jelas Andrina Effendi, CEO sekaligus owner Nayara.
Kegiatan ini, lanjut Andrina, juga sebagai penegasan Nayara sebagai brand yang berperan aktif melestarikan dan memperkaya budaya batik tulis Nusantara untuk tetap eksis dan relevan pada perkembangan masa kini.
Andrina Effendi memaparkan, budaya membatik sudah sejak ratusan tahun silam diwariskan turun-temurun dari waktu ke waktu. Nayara, yang berdiri sejak 2011 di Bandung, bercita-cita agar batik dikenakan tidak hanya seminggu sekali melainkan menjadi bagian dari pakaian sehari-hari. “Dengan begitu, batik akan semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari dan melestarikan warisan budaya Indonesia,” tegasnya.
Puluhan pengunjung terlihat antre dengan sabar menanti kesempatan membatik di selembar sapu tangan yang telah diberi pola, dibimbing dua pengrajin batik tulis yang Nayara datangkan langsung dari Cirebon, Jawa Barat. Mereka belajar menggunakan malam (lilin untuk membatik) dan canting, alat khusus untuk menorehkan malam di kain batik. Maesyaroh dan Elis Nurhayati, dua pembatik tersebut, juga ramah berbincang dengan pengunjung seputar kain batik dan tips membatik.
“Saya mencoba pengalaman membatik pertama kali dan ternyata sangat menyenangkan! Acara ini memberikan saya kesempatan belajar seni batik yang prosesnya amat menarik, mulai dari memahami alat yang digunakan hingga menggambar pola di kain,” kata Jessi Mardha, salah satu pekerja swasta asal BSD Tangerang, yang ikut menjajal membatik langsung.
Sementara Rismayanti, wanita yang bekerja sebagai admin di Jakarta, memuji Nayara yang yang menyelenggarakan kegiatan membatik bersama ini karena memungkinkan masyarakat mencoba langsung pengalaman membatik. “Walau terlihat mudah saat dikerjakan oleh pengrajin, ternyata membatik ini agak sulit karena ini pertama kalinya,” ujar Rismayanti.
Selain membatik bersama, Nayara meluncurkan video “Nayara Melintasi Waktu” di saluran Youtube yang menceritakan tentang seorang ibu yang ingin mewariskan batik kepada generasi di masa depan dengan bantuan dua karakter, HanHan & WanWan, untuk menyampaikan pesan tersebut. Video berdurasi 7 menit tersebut telah ditonton 1.200 lebih pengunjung, dan 2000 subscriber.
Untuk mempromosikan pemakaian batik di kalangan muda, Nayara juga meluncurkan Dancing Challenge Staying Alive di saluran Instagram dan Tiktok. Netizen ditantang untuk mengenakan batik terbaik mereka sembari tampil berjoget diiringi lagu disko grup legendaris BeeGees yang populer di akhir 70-an, Staying Alive.
Brand Nayara sendiri berasal dari turunan bahasa Arab “Nayir” yang bermakna cerah atau berseri (radiant, bright). Dalam bahasa Swahili Nayara bisa berarti pahlawan atau pejuang, seseorang yang kuat dan berani. Sementara dalam bahasa Sanskerta ia bermakna “baik”, “penuh kasih”, dan “anggun”. Produk Nayara menyasar target pasar wanita usia 25 – 50 tahun di perkotaan melalui enam gerainya di Jakarta, Jawa Barat, Makassar, dan Manado, serta pasar online dan marketplace. []