
MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Setidaknya ada empat jenderal aktif yang berstatus Bakal Calon Gubernur (Bacagub) di Pilkada Gubernur (Pilgub) 2018.
Mulai dari Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi di Pilgub Sumatera Utara (Sumut), Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw di Pilgub Papua dan Irjen Safaruddin di Pilgub Kalimantan Timur. Serta, Kakor Brimob Irjen Murad Ismail di Pilgub Maluku yang sudah mendapat rekomendasi dari dua partai, yakni PKB dan Nasdem.
“Saya kecewa dengan (Presiden) Jokowi yang mengizinkan mereka-mereka (Jenderal aktif) ini untuk maju (Pilgub),” kata Pengamat Politik Universitas Sumut (USU) Faisal Andri Mahrawa kepada redaksi, Minggu (17/12).
Lebih mengecewakan lagi, lanjut Faisal, terkait langkah partai-partai pengusung para Jenderal tersebut. Apalagi, partai-partai itu berstatus anak kandung reformasi yang pernah memperjuangkan untuk mengembalikan TNI ke barak.
“Andai saja para Jenderal ini sudah resmi pensiun, wajar (ikut Pilgub) karena mereka sudah menjadi Sipil. Ini ‘menghianati’ semangat reformasi TNI. Apalagi para Bacagub tersebut masih Jenderal Aktif,” sesal dosen dan Peneliti Departemen Ilmu Politik FISIP USU itu.
Faisal menganalisa, Jokowi diduga sengaja mempersilakan para Jenderal tersebut bertarung di Pilgub. Ekspektasinya, guna mengamankan suara di Pemilu 2019. Namun, cara seperti itu, kata Faisal, justru akan menghancurkan fondasi yang telah dibangun.
Seharusnya, saran Faisal, untuk memenangkan pertarungan di Pemilu 2019, Jokowi cukup menggelontorkan skema Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau Bantuan Sosial (Bansos) dan sebagainya yang sudah dituangkan di APBN 2018. Ditambah fokus infrastruktur di Jawa.
“Berapa banyak sih manusia di Maluku, Kaltim dan Papua? Masih lebih banyak pemilih di Kabupaten dan Kota Bogor,” ungkap Faisal.
Jika dibiarkan, Faisal menilai, akan menjadi preseden buruk bagi demokrasi yang menjunjung supremasi sipil. Bahkan, Faisal mengutip kata-kata Kaisar Perancis, Napoleon Bonaparte tentang citra tentara, representasi TNI dan Polri.
“Ingat kata Napoleon! Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Tentara. Kecuali duduk di atas bayonetnya sendiri,” pungkasnya. (Cecep Gorbachev)








