Obor Terus Nyalakan (1)
Oleh : Denny JA
“Jangan pernah padam, anakku.
Bertahanlah.
Lebih lama lagi.”
Aku masih bocah.
Masih kuingat pesan kakek
Kurus badannya
Derita terlalu lama.
Letih Ia punya jiwa
Tapi di bola mata
Api terus menyala.
Kakek tatap mata Ayah
Itu kata terakhir
Sebelum tinggalkan yang lahir
“Anakku,
Obor terus nyalakan.”
Ayah menangis
Ibu menangis
Aku ikut menangis
Aku masih bocah
Banyak tak kumengerti
Mengapa kami beda sendiri
Mengapa banyak polisi
Sering menginterogasi.
Ibu tenangkan hatiku
“Jangan takut anakku
Tuhan berjanji
Akan datang berkah
Jika hati terjaga”
Kata ibu, kakek itu pejuang
Ayah juga pejuang
Aku juga harus pejuang
Tapi aku tak mengerti.
Setelah itu Ayah masuk penjara
Dan aku tumbuh dewasa
Baru aku mengerti
Kakek ingin keadilan
Menentang kezaliman
Ayah terus melawan
Sampai kapan ibu?
Tanyaku selalu
Ibu penuh derita
Namun jiwa tabah
Aku sempat goyah
Ayah ditawari harta
Juga tahta
Jika menyerah
Sampai kapan ibu?
Lagi dan lagi tanyaku.
Kata ibu:
Ingat pesan kakekmu
Obor nyalakan selalu
Aku sempat goyah
Walau terus melawan
Yang terkuat dalam barisan
Tetap dipatahkan
Ini kuasa terlalu perkasa
Mengapa tak menyerah?
Ikut kuasa
Menjadi kaya
Ibu kembali yakinkan
“Anakku,
Tak ada kuasa yang perkasa
Jika tak adil Ia
Melawan teruslah
Ingat pesan kakek:
Bertahan lebih lama.”
Hingga datang satu masa
Peristiwa tak terduga
Perubahan tiba jua
Jatuh itu penguasa
Ayah keluar penjara
Kupeluk Ayahku
Seperti kakek dulu
Kurus itu tubuh
Derita Ia tahan selalu
Namun di mata ayah
Seperi di mata Kakek
Obor terus menyala
Kakek wafat 20 tahun lalu
Ayah bebas setahun lalu
Aku semakin dewasa
Semakin mengerti hukum dunia
Ya Allah
Seperti janjiMu
Selalu ada mereka yang tegak
Katakan tidak pada yang zalim (2) (3)
Selalu hadir para pemimpin (4)
Tahan menjaga hati (5)(6) (7)
Aku duduk di mushola
Negara sudah berubah
Kembali terngiang itu kata
“Obor terus nyalakan!”
Mei 2018
CATATAN KAKI
- Puisi esai mini ini diinspirasi oleh dialog saya dengan Juz 9, Q.7:88 – Q.8: 40
- Manusia sebagai keseluruhan sudah terbentuk sedemikian rupa. Bervariasi bakat, kepentingan, karakter dalam masyarakat itu untuk terus tumbuh. Ketika datang ritme negatif, yaitu ketika masyarakat alami kemunduran, tetap nyalakan harapan. Dalam masyarakat itu sendiri akan lahir individu atau kelompok yang membangkitkannya kembali. Ini sudah menjadi sunnatullah.
Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.
Q. 7: 181
- Baik dan buruk merupakan unsur tetap setiap peradaban. Mereka yang merusak tak akan pula bertahan selamanya. Segera muncul perlawanan dalam masyarakat. Sekuat apapun kejahatan, yang dikiaskan dengan “mendustakan ayat ayat kebenaran,” ada waktunya ia dikalahkan.
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.
Q 7: 182
- Setiap kaum dan bangsa akan memiliki pemimpin yang menyelamatkannya. Walau awalnya, sang pemimpin itu ditolak mayoritas, sejauh sang pemimpin menyerukan kebaikan, hukum sosial dalam masyarakat akan bekerja, membuat masyarakat itu mencapai keseimbangan baru.
(Kami tidaklah mengutus seseorang nabi pun kepada sesuatu negeri) kemudian penduduknya mendustakannya. Kami akan timpakan persoalan dan siksa sehinga mereka mau merendahkan diri untuk beriman.
Q.7: 94
- Hukum sosial dalam masyarakat sudah tersusun sedemikian rupa. Kebaikan akan mendatangkan kebaikan. Keburukan juga mendatangkan keburukan namun itu tak akan berlangsung selamanya.
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi. Tetapi jika mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Kami akan turunkan siksaan.
Q.7: 96
- Dalam merespon kebaikan dan keburukan, jangan kita salah mengambil posisi. Pada akhirnya berkah hanya datang pada mereka yang memilih jalan kebajikan.
Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, mengerjakan kebajikan, menghindari keburukan. Maka orang-orang yang melakukan kebajikan, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Q. 7: 15
- Hal yang lumrah pula, dalam masyarakat terjadi keberagaman. Tak hanya beragam dari sisi identitas sosial. Mereka juga beragam dari sisi karakter dan pilihan jalan baik dan buruk.
Melalui waktu, hukum sosial akan bekerja, lewat kenikmatan dan siksa, lewat berkah dan bencana, kebajikan akan kembali menang.
Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan. Ada orang-orang yang saleh. Ada pula yang tidak saleh. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).
Q. 7: 168