Burung Gaib Bernama Iman (1)
Oleh : Denny JA
Apa mau dikata
Di masa muda
Berontak jiwa si Darta
Ini dunia sudah terlalu
Agama menjadi pasar malam
Keyakinan dijaja
“Ayo beli, Ayo beli
Ingin masuk surga?
Ini ajiannya!
Seribu rupiah dapat tiga”
Dicampakkannya itu agama
Percaya yang pasti saja
“Oh, ilmu pengetahuan
Jiwaku bersama kalian”
Darta menyongsong dunia baru
Membaca menjadi senjata
Tapi
Harimau dalam jiwa terus meronta
Meminta makna
Ilmu beri sejemput- sejemput
Diamkan harimau hari per-hari
Mulai tak puas si Darta
Ya Allah
SemestaMu tak habis terkuak
Makin banyak kutahu,
Makin banyak ku tak tahu
Terungkap satu samudra
Datang lima lainnya
Di puncak segala,
Ilmupun goyah
Kesimpulan lama
dibantah ilmu baru (2)
Keyakinan lama
Jungkir balik kembali ragu (3)
Dan…
Harimau dalam jiwa
Semakin mengaum
Ia lapar makna lebih dalam
Adakah itu?
Yang tak diberi oleh ilmu?
Berabad- abad Darta melangkah
Ke selatan dan Utara, ia merenung
Delapan arah angin ia datangi
Tujuh samudera ia selami
Harimau terus mengaum
Meminta makna
Hingga datang satu malam
Suara bergema
“Melompatlah kamu
Melompatlah dalam iman
Mulailah dengan percaya
Maka terbentang itu rahasia,”
(Burung aneh menghampiri Darta
Membawanya ke antah berantah
Burung bernama IMAN)
Darta mulai berkelana
Ia naik ke pundak itu burung
Terbang cepat sekali
Waktu berhenti
Menjelajah dunia gaib
Tak terjelajah oleh ilmu
Darta melihat dengan mata Iman (4)
Iman yang digelora cinta (5)
Cinta yang membuatnya peduli (6)
Peduli yang membuka mata (7)
Sampai di satu masa
Darta kini memberi petuah
Ilmu mulai dengan melihat.
Terbukti, lalu percaya.
Iman mulai dengan percaya.
Terselami, lalu melihat.
Ilmu itu soal cabang
Agama itu soal keseluruhan.
Ilmu tak butuh agama.
Agama tak butuh ilmu.
Tapi manusia butuh keduanya.
Oh Darta
Di usia tua
Ia sungguh beda. ***
Catatan Kaki
1. Ini puisi esai mini, dialog saya dengan Juz 3 Al Quran, (Q.2:253-286, – Q.3: 1-91)
2. Awalnya semua ilmuwan hingga Newton menyatakan hal yang sama. Alam semesta terdiri dari tiga dimensi. Einstein datang mengubah semua. Ada dimensi keempat: waktu. Melalui waktu, kita berjalan ke masa depan atau masa silam. String theory datang mengubah kesimpulan Einstein: bukan 4 dimensi. Alam terdiri dari 10 dimensi. Datang lagi ilmu baru: bukan 10 dimensi. Tapi 11 dimensi.
https://phys.org/news/2014-12-universe-dimensions.amp
https://whatis.techtarget.com/definition/11th-dimension
3. Sungguhpun ilmu berkembang, hingga datangnya Einstein, semua tetap sama. Kita hidup dalam satu universe. Datang ilmu baru membantah keyakinan lama. Kita hidup bukan di Universe tapi banyak Universe atau Multiverse. Ilmuwan terus berdebat: Universe atau Multiverse
https://amp.space.com/21421-universe-multiverse-inflation-theory.html
4. Iman dalam Quran, berpangkal pada Iman atas Allah. Dalam juz 3, terdapat ayat kursi. Ayat ini disebut ayat yang maha, raja dari segala ayat. Ayat kursi ini menjelaskan lebih detail. Apa pusat dari keyakinan kaum Muslim yang disebut Allah.
Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal. Secara metafor digambarkan Allah terus menerus mengurus makhluk-Nya. Ia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Allah mengetahui apa yang tersembunyi di hadapan dan di belakang manusia. Walau dibantu ilmu pengetahuan, bagi manusia tetap tersedia ruang gaib dan misteri yang tetap terkunci, rahasia, gelap. Kita hanya mengetahui lapisan dunia yang dikehendaki-Nya saja.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(Q. 2: 255, ayat kursi)
5. Percaya pada Allah tak cukup hanya percaya. Keyakinan itu harus digelorakan dengan cinta. Hanya cinta yang membuat kita khusyuk, damai dan bahagia menjalankan keyakinan itu.
Namun karena ada elemen gaib dari keyakinan itu, perlu ada pemandu.
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q. 3: 31)
6. Percaya pada Allah itu sikap hidup yang juga terwujud dalam sikap peduli, peduli pada lingkungan sosial. Percaya itu menjadi mindset dan kerangka bertindak bahkan untuk kehidupan ekonomi.
Rejeki dan harta juga dikelola di jalan Allah. Di balik rejeki itu, ada hak orang yang tak mampu. Dengan menolong orang tak mampu, rejeki itu bukan saja disucikan. Ia juga diterima lingkungannya, dan dapat lebih berlimpah.
Perumpamaan rejeki yang dikelola di jalan Allah itu serupa dengan sebutir benih. Tak terduga, benih yang didermakan itu justru menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir tumbuh lagi seratus biji dan benih baru.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.2: 261)
7. Dalam Juz 3, mata kita dibuka untuk menekuni pula bapak dari tiga agama besar yang kini ada: Nabi Ibrahim. Agama Yahudi, Kristen dan Islam pada dasarnya bermuara pada sikap hidup yang dikembangkan sejak Nabi Ibrahim.
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
(Q. 3:67)
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya. Ialah Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman. Allah adalah Pelindung semua yang beriman.
(Q 3: 68)