MEDIAHARAPAN.COM, Batusangkar, Sumatera Barat- Disaat umat Islam diseluruh penjuru dunia merayakan hari raya Idul Adha 1440 H dan jelang peringatan HUT RI ke-74 tahun 2019, Rizki (7) bocah penderita Hydrocepalus, putra pertama dari pasangan Yusrizal dan Sri Aldavera warga Jorong Duek Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Tanah Datar mendapatkan berkah yang luar biasa dari Allah SWT.
Pasalnya berita yang tersebar melalui jejaring sosial facebook tentang sakit yang dideritanya dan ketidakmampuan kedua orang tua, menggugah hati tidak sedikit kalangan masyarakat, termasuk ketua IKTD Provinsi Lampung Hj. Merry Wati.
Dari berita yang tersebar luas inilah dicari kebenaran oleh Hj. Merry bersama segenap pengurus IKTD Provinsi Lampung, dan bertemu langsung dengan ketua TPPKK kabupaten Tanah Datar Ny. Emi Irdinansyah Tarmizi di Indo Jolito usai melaksanakan shalat Idul Adha dan menanyakan kebenaran tentang berita yang ada di medsos tersebut.
Dan ternyata benar adanya, bahwa Rizki sang bocah malang itu memang sedang mengalami sakit dan butuh uluran tangan para dermawan untuk biaya pengobatannya yang juga tidak sedikit.
Berdasarkan itu TPPKK Tanah Datar, Senin (12/08) beserta rombongan yang terdiri dari ketua TPPKK Ny. Emi Irdinansyah Tarmizi, ketua umum IKTD Provinsi Lampung Hj. Merry Wati, ketua harian IKTD Provinsi Lampung Richi Aprian, dan dewan pembina IKTD Provinsi Lampung Erdi Muluk bertolak menuju kediaman Rizki yang berada di jorong Duek Nagari Tj. Bonai kecamatan Lintau Buo Utara itu, untuk melihat langsung kondisi Rizki.
Setiba di kediaman orang tua Rizki yang ternyata telah ditunggu oleh camat LBU Suripto dan pegawai Puskesri setempat, Hj. Merry Wati mengutarakan maksud kedatangannya yang mana IKTD Lampung berkeinginan mengambil Rizki sebagai anak angkat dan akan membantu biaya pelunasan tunggakan BPJS Rizki, selain itu IKTD Provinsi Lampung setiap bulannya juga akan membantu biaya pengobatan serta kebutuhan Rizki lainnnya.
Niat baik ini lantas disambut haru bercampur bahagia oleh orang tua Rizki, bahkan sang ibu Sri Aldavera sampai menitikkan air mata mendengar apa yang disampaikan oleh sang pemilik hotel Emersia tersebut.
“Kami sangat prihatin dengan kondisi yang dialami Rizki, kami akan menjadikan dia sebagai anak angkat IKTD Lampung dan membantu biaya rutin serta biaya BPJS yang menunggak,” ucap Merry Wati.
Merry juga mengatakan pertama kali mendengar berita seorang bocah penderita Hydrocepalus ini dari potongan di media sosial dan selanjutnya juga keterangan serta keinginan ketua TP PKK Tanah Datar Emi Irdinansyah.
“Bantuan berupa biaya perawatan ini merupakan wujud kepedulian kami dirantau terhadap warga yang berada di kampung halaman,” tambahnya.
Sementara Emi Irdinansyah Tarmizi mengatakan, sebagai ketua TPPKK kabupaten dia merasa prihatin dengan penyakit Hydrocepalus yang diderita oleh Rizki.
Ia berharap dengan bantuan yang diberikan oleh IKTD Lampung sekaligus Owner dari Emersia Hotel tersebut mampu meringankan beban yang dialami Rizki dan keluarga.
“Bantuan berupa biaya rutin dan pelunasan BPJS yang menunggak dari IKTD Lampung semoga bisa membantu keluarga dari biaya pengobatan Rizki,” katanya.
Sementara ibunda Rizki, Sri, mengisahkan bahwa dari lahir anaknya tidak ada kelainan sama sekali namun menginjak usia baru 2 bulan Rizki kecil sering mengalami demam tinggi, namun dia tidak mengira kalau anaknya cuma menderita sakit demam biasa sehingga hanya dibawa berobat kampung saja.
Namun lama kelamaan kepala Rizki semakin membesar secara tidak wajar bahkan sampai sebesar rice cooker. Ini terjadi setelah pada usia 7 bulan, lalu Sri membawa anaknya berobat ke dokter spesialis anak di Batusangkar.
Dari sinilah Rizki lantas dirujuk ke rumah sakit M Ali Hanafiah Batusangkar dan diketahui bahwa penyakit yang diderita Rizki adalah Hydrocepalus. Dokter rumah sakit M Ali Hanafiah lantas merujuk Rizki ke RSUP M. Djamil Padang untuk di operasi.
“Kemudian Rizki yang berusia sembilan bulan waktu itu berhasil dioperasi dengan pemasangan selang dikepalanya, dengan biaya pengobatan ditanggung dari Jamkesda sementara dengan limit satu bulan,” kisahnya.
Ia mengaku setelah operasi pertama tersebut, dokter menyarankan Rizki untuk dioperasi kembali setelah 5 tahun dan setelah 5 tahun berlalu masih ada tenggang waktu selama 6 bulan yang jatuh tempo sekitar bulan Juni yang lalu. Namun karena tidak ada biaya ditambah BPJS menunggak sekitar 3 tahun Rizki akhirnya batal dioperasi.
Ia mengaku, untuk keperluan sehari-hari saja pas-pasan dan terkadang malah kurang. Sri bersama suami yang berkerja sebagai buruh tani terkadang terpaksa bergantian pergi kesawah untuk berkerja karena kondisi Rizki yang tidak bisa ditinggal sendirian di rumah.
Sri dikesempatan itu juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tulus atas bantuan yang telah diberikan oleh IKTD Provinsi Lampung TPPKK Tanah Datar yang menurutnya sangat besar dan tidak mungkin terbalaskan (Irfan F)