MEDIAHARAPAN.COM, Banyumas – Resika Caesaria alias Cika, warga Banyumas, Jawa Timur sempat mengalami masa sulit saat bapaknya, seorang supir bus tidak lagi bekerja karena lanjut usia. Apalagi hal tersebut dialami perempuan kelahiran 26 April 1991 itu saat dirinya masih duduk di bangku SMP. Sehingga pun terpaksa memutar otak untuk mencari solusi dengan memulai usaha cimol.
Mulanya bisnis tersebut adalah usaha cimol rumahan. Namun, seiring berjalannya waktu ia menjajakan dagangannya di SMA dan saat berkuliah di STIKES Harapan Bangsa Purwokerto hingga akhirnya muncul ide membeli gerobak dan memberdayakan orang lain untuk berjualan.
Cika yang saat ini telah berusia 32 tahun, mampu membangkitkan semangat wirausaha dalam dirinya dan berhasil menularkan kepada lingkungan sekitar sejak ia memulai bisnis cimolnya pada usia 16 tahun. Made Arizka, itulah nama badan usaha milik Cika. Ia menerapkan skema gratis satu poin seharga Rp 1.000 untuk setiap mitra usaha yang membeli cimol di atas Rp 50.000.
Usaha franchise Cika si “Ratu Cimol Banyumas” tersebut mempunyai muatan sosial yang tinggi. Ia hanya menerima mitra yang akan berjualan cimol secara pribadi, bukan mereka yang punya modal besar dan merekrut karyawan lagi untuk menjualkannya.
Berdasarkan skema itu, usaha franchise cimol milik Cika pada 2014 sudah memiliki 60 mitra yang berasal dari kalangan ekonomi lemah dan pengangguran. Atas dasar spirit wirausaha sosialnya. Masih di tahun yang sama Cika berhasil mendapatkan apresiasi SATU (Semangat Astra Terpadu). Apresiasi ini adalah wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.
Selang beberapa tahun, tepatnya pada 2020 franchise cimol Cika sudah memiliki kurang lebih 600 mitra usaha. Namun, pandemi Covid-19 terjadi dan menyebabkan penurunan omzet yang cukup besar. Saking besarnya dampak pandemi ke usaha miliknya, ia menilai bahwa usahanya ‘hampir mati’ ketika ditanya teman tentang efek pandemi ke bisnisnya.
“Sekolah, tempat wisata, pasar, dan/atau kerumunan adalah ‘nyawa’ saya saat itu. Pandemi membuat mereka menjadi musuh, tetapi ternyata kita tidak bisa menyalahkan 100% ke pandemi. Justru saat pandemi inilah seorang pengusaha diuji, mana pengusaha yang benar-benar kreatif dan mana pengusaha yang hanya pasrah dengan keadaan. Kuncinya adalah peluang dan inovasi,” tulis Cika dalam akun instagram pribadinya @resikacaesaria, pada 1 Juli 2021.
Ditengah kondisi minus Cika mencoba peluang dengan bisnis masker untuk menjaga para karyawannya. Namun, usahanya hanya bertahan sampai tiga bulan saja dan akhirnya kembali ke cimol lagi, tetapi dengan frozen food yaitu cimol dan aneka makanan lainnya dengan boks dan tempelan stiker sederhana yang dijual secara semi-online. Ternyata pada saat itu, selama satu bulan bisnis berjalan bisa mendapatkan omzet tertinggi dari 15 tahun berjualan.
Selama pandemi itulah, akhirnya Cika melakukan pemberdayaan bidang edukasi dengan pengalihan model bisnis berbasis online untuk para mitra. Bersama suaminya, Ardyla Nugroho, ia menggarap serius manajemen penjualan online dan mempelajari teknik penjualan online. Kini ketika pandemi mulai mereda, selain melanjutkan jualan online produk frozen food dengan berbagai variasi produk dan rasa, usaha Cika yang berjualan secara konvensional dengan ratusan mitranya pun berjalan lagi. Hal itu membuat keberlangsungan ekonomi para mitranya terangkat kembali.
Usaha yang dirintis sejak 18 tahun yang lalu itu membuat Cika bersyukur, karena bukan saja mampu meningkatkan perekonomian keluarganya tapi mampu memberikan harapan kepada orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. Seyogianya Kawan GNFI dapat menilai Cika sebagai representatif dari Kartini masa kini karena dengan keuletannya berhasil mewujudkan persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat untuk berkembang dan maju dalam hal sosial, serta ekonomi khususnya di Banyumas. (Sonia Hadismi)










