MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Menjelang beberapa hari waktu pencoblosan pilkada DKI Jakarta Lembaga Survey dan Polling Indonesia (SPIN) merilis hasil survey terbarunya. Survei yang dilaksanakan pada 24-26 Januari itu meletakkan paslon Anies Baswedan – Sandiaga Uno sebagai pasangan yang paling banyak akan dipiih pada pencoblosan Pilkada nanti. Anies-Sandi mendapatkan suara sebesar 41,74 persen.
Hasil survei itu dilakukan dengan menggunakan metode multistage random sampling. Dengan responden mencapai 1102 orang dan margin error hanya tiga persen. Hasilnya pasangan Anies-Sandi mendapatkan 41,74 persen, kemudian disusul petahana Ahok-Djarot dengan 30,04 persen, dan pasangan Agus-Sylvi dengan 24,95 persen.
“Dan hanya 3,27 persen yang masih belum menentukan,” ujar Direktur SPIN Igor Dirgantara saat merilis hasilnya, Rabu (8/2/2017).
Igor menambahkan, hasil survei itu menunjukkan, keunggulan pasangan Anies-Sandi sangat dipengaruhi solidnya dukungan pemilih warga DKI Jakarta. Terutama pada saat Pilpres 2014 mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Ada 50.9 persen responden yang memilih Prabowo, sementara 48,46 persen memilih Jokowi. “Suaranya kuat,” ujarnya.
Tak hanya itu, Anies-Sandi juga unggul di semua kelompok usia pemilih. Pasangan Agus-Sylvi hanya menang atas pasangan Ahok-Djarot di kelompok usia pemilih 17-24 tahun. Sedangkan untuk pilihan responden berdasarkan jenis kelamin, persaingan cenderung lebih ketat di segmen pemilih perempuan, sementara di segmen pemilih laki-laki, Anies-Sandi yang lebih unggul.
Sementara itu, jelang hari pencoblosan Pilkada pada 15 Februari 2017, para ulama dan habaib menyesalkan tim sukses Agus-Sylvi. Paslon dengan nomor urut 1 itu menggelar zikir dan doa bersama yang mengundang banyak ulama dan habaib. Namun ternyata, sejumlah habaib tidak mengetahui bahkan tidak diundang ke acara tersebut. Meski fotonya terpampang dan disebar.
Pada poster yang sudah beredar, zikir dan doa itu digelar di GOR Senam Olahraga, Duren Sawit, Jakarta Timur pada Rabu malam (8/2). Acara yang bertajuk Satu Doa untuk Jakarta itu memasang puluhan foto ulama, ustaz, habaib, dan penceramah. Tak ketinggalan foto Agus-Sylvi yang juga terpasang besar. Namun ternyata acara tersebut diduga hanya mengambil wajah dari sejumlah ulama.
Syekh Ali Jaber misalnya. Ulama kelahiran Madinah Al Munawarah itu mengaku tidak mengetahui kalau nama dan fotonya terpampang di poster itu. Ulama yang juga hafiz Quran itu bahkan baru mengetahui beberapa jam sebelum acara. “Saya baru tahu dari antum (anda),” ujarnya saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (8/2/2017).
Syekh Ali yang sekarang sudah jadi WNI itu mengakui kalau salah satu tipikal orang Indonesia adalah suka memasang wajah ulama tanpa memberitahu. “Biasa di Indonesia suka bikin acara tanpa ada info,” tambahnya.
Senada dengan Syekh Ali, Habib Ahmad juga mengaku kaget ketika melihat wajahnya dipasang di poster tersebut. Habib yang tinggal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan itu mengaku bahkan belum pernah melihat posternya. “Kalau tidak dikasih, saya juga tidak tahu ada acara itu,” tambahnya.
Di tempat terpisah, Habib Novel Bamukmin mengaku pihak penyelenggara memang belum memberitahu kepada dirinya. Dia sendiri melihat poster itu setelah diberitahu oleh jamaah lain. “Sudah lihat. Tapi tidak ada undangan,” terangnya.
Meski demikian, Habib Novel memastikan dirinya tidak datang ke acara tersebut. Sebab dirinya tidak terlalu paham dengan agenda zikir dan doa bersama itu. “Saya tidak datang,” ucapnya kepada kami.(Bams)