MEDIAHARAPAN.COM, Payakumbuh – Masalah utama bicara tentang sejarah pergerakan Islam Indonesia, adalah sebagian kelas muda kurang mengenal dengan kiprah para para funding futher terutama tokoh-tokoh Islam yang mempunyai gagasan yang luar biasa dalam meletakkan dasar bernegara. Hal tersebut diakui pada landasan dasar negara yang tertuang dalam piagam jakarta yang menjadi Pembukaan undang-undang dasar 1945 setelah ada pencoretan tujuh kata. Betapa visionernya tokoh-tokoh dulu dengan meletakkan dasar negara pada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, persatuan, prinsip demokrasi dan keadilan sosial yang sekarang menjadi nilai-nilai universal. Begitu juga kiprah Muhammad Natsir sebagai pahlawan nasional yang telah mempersatukan negara-negara boneka bentukan Belanda dari hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) melalui Mosi Integral Muhammad Natsir. Itu semua ia lakukan dengan pendekatan loby dan integritas diri yang terpecaya. Kembali ke NKRI dilakukan tanpa tanpa pertumpahan darah. Belum lagi kiprah Haji Agus Salim, Buya Hamka dan berbagai tokoh lainnya. Yayasan Pendidikan Islam Raudhatul Jannah (YPI-RJ) sebagai lembaga pendidikan Islam berusaha mewariskan semangat juang dan kecerdasan dari pendahulu kita kepada seluruh siswa dan pengelola Raudhatul Jannah Demikian Sambutan Ultra Ketua pengurus YPI-RJ pada pembukaan Seminar dengan Tema “Tanggung Jawab Intelektual Islam dalam Pembangunan Nasional di Aula YPI RJ Payakumbuh (21/2/2017).
Pewarisan nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk sekolah leadership school. Berbagai kegiatan dilakukan. Seperti program sahabat nagari di mana siswa tinggal bersama masyarakat dan membuat program kesenian, pemberdayaan MDTA, didikan subuh dan turun langsung ke kehidupan masyarakat. Siswa dibekali kecerdasan berargumentasi melalui program diskusi ilmiah, debat, Latihan Dasar Kepemimpinan, Kelas Khusus Tahfidz Al Quran, Kelas Khusus OSN dan sebagainya. Di samping itu diberikan penambahan materi dalam studi dengan mengenalkan dan memahami peran dari masing-masing tokoh Islam dalam proses kemerdekaan republik Indonesia, Ka Ultra
Sementara itu, Dr. Badrul Mustafa Kemal, M.Si Ketua Dewan Dakwah Sumatera Barat dan pakar gempa Indonesia melihat intelektual Islam adalah orang yang mempunyai kecerdasan ilmu, kecerdasan dalam bersosialisasi dan kecerdasan terhadap Spritual dan turut bertanggung jawab dalam menjawab persoalan masyarakat. Dalam perjalanan intelektual muslim masih kurang, karena adanya dikhotomi imu umum dipelajari disekolah umum, dan pelajaran agama dipelajari di pesantren. Pesantren memproduksi kiyai. Dalam perjalanan karena ada nya pengintegrasian ilmu agama dan umum dari waktu ke waktu telah melahirkan banyak intelektual Muslim. Produksi mereka telah melahirkan mulai dari sekolah-sekolah Islam dan sekolah islam terpadu. Hasilnya adalah semakin meningkatnya penguasaan Islam khususnya di daerah perkotaan. Munculnya kelas menengah yang islami.
Ananda Putera, S.Si, M.Si, P.HD staf ahli Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) melihat dalam rangka membumikan Iptek dalam mengisi pembangunan nasional perlu adanya kompentensi khusus yang harus dikuasai. Pertama berpikir logis adalah berpikir yang menjadikan Al Qur’an sebagai rujukan. Kecendrungan dari ilmuan barat yang banyak mendapatkan inspirasi ilmu dari Al Qur’an. Kedua berpikir analitis adalah kemampuan dalam berpikir dalam sebuah kerangka ilmu pengetahuan. Ketiga adalah kemampuan berkomunikasi lisan yang ilmiah. Keempat adalah kemampuan berkomunikasi dengan tertulis, seperti membuat tulisan-tulisan ilmiah yang dapat dipublish dan dibaca oleh masyarakat banyak. Kelima bekerja mandiri. Keenam menguasai materi yang didalami. Ketujuh menguasai IPTEK dan mampu bekerja secara team. Bangsa Indonesia tertinggal dalam iptek karena kurang percaya diri. Ini berakibat bangsa ini menjadi konsumerisme.
Hasan Zaini Guru Besar IAIN Batusangkar sendiri melihat peran pendidikan Islam berada dalam dikhotomi keilmuaan antara lain: ambilavalensi oreintasi pendidikan Islam,. Terjadi kesenjangan antara pendidikan Islam dan ajaran Islam, munculnya disintegrasi sistem pendidikan. Untuk itu perlu dilakukan tga pendekatan: mengislamkan pendidikan sekuler modern, menyederhanakan silabus-silabus tradisional, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru.
Formulasi yang ditawarkan mewujudkan pendidkan Islam, menerapkan integrasi keilmuan yang mencoba menghilangkan dikotomi antara kekeilmuan umum dan Agama yang dikenal sejak adanya sistem pendidikan modern, cara yang kedua adalah mengadakan proyek islamisasi ilmu pengetahuan yang merupakan respon terhadap krisis masyarakat modern yang bertumpu pada suatu pandangan dunia yang lebih bersifat materialistis dan sekularistik.
Dr. Iswantir, M,. M.Ag Dosen IAIN Bukittinggi melihat dalam rangka merebut persaingan global perlu melakukan peningkatan SDM, peningkatan mutu pengelolaan, mengembangkan manajemen berbasis IT, memperbaiki sarana dan prasarana, melakukan penguatan distingsih dan bahasa asing, membangun jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak serta mengembangkan integrasi keilmuan.
Sementara Alis Marajo Datuk Sori Marajo melihat keberadaan adat semakin kuat dengan penekanan agama. Perlu sekali keberadaan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) dipahami lebih mendalam lagi. Fasafah tersebut saling memperkuat eksistensi masyarakat Minang yang berbudaya dan beragama. Ia menghimbau para pendidik harus lebih paham lagi dengan budaya ABS-SBK agar dapat diajarkan dan didik pada anak-anak didik dihadapan peserta seminar yang dihadiri mayoritas guru-guru dan tokoh masyarakat.
Acara dibuka langsung oleh Assisten II Walikota, Drs H Amriul MM DT Karaiang. Ia mengucapkan selamat milad YPI RJ yang ke 27. RJ berbagai prestasi baik skala daerah, provinsi, nasional dan bahkan internasional, termasuk telah melahirkan berbagai alumni yang bermanfaat bagi pembangunan nasional. (MH007)