MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Direktur Eksekutif Bimata Politica Indonesia (BPI) Panji Nugraha mengatakan, isu SARA dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua sangat menarik perhatian publik. Pasalnya, ada sebagian kalangan yang pro dan kontra mengenai kampanye menggunakan agama dan etnis tertentu untuk mendukung pasangan calon mereka masing-masing agar menang dalam Pilkada DKI Jakarta.
“Seharusnya isu SARA tersebut perlu diluruskan, dan dilihat penyebab dari timbulnya sentimen agama dan sentimen etnis yang muncul, bukankah semua masyarakat tahu bahwa isu SARA ini pertama muncul dari peristiwa di Kepulauan Seribu oleh Basuki T Purnama yang akhirnya menjadi terdakwa di persidangan, intinya jelas sumber masalahnya adalah dari perkataan Basuki T Purnama yang akhirnya menjadi polemik yang tak henti-henti dalam Pilkada DKI Jakarta 2017”, tutur Panji di Jakarta,Kamis (30/3/2017)
Panji menilai, dari beberapa hasil pada putaran pertama Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017, telah jelas terlihat pemetaan dimana kantong-kantong suara pasangan Basuki – Djarot unggul telak di kawasan yang mayoritas etnis Tionghoa dan non musiim, dan begitu pula dengan suara Anies-Sandiaga yang unggul di kawasan yang umumnya masyarakat muslim dengan etnis Jawa, Betawi dan Sunda. Jadi sebenarnya pasangan calon masing-masing sudah mempunyai konstituen yang memang terarah dan menunjukkan kekompakan diantara konstituen masing-masing, dan semestinya itu tidak dipandang negatif oleh beberapa kalangan karena konstitusi dan dasar negara Pancasila menghendaki keberpihakan tersebut.
“Karena isu SARA ini sangat menarik perhatian publik, jadi hal tersebut dimanfaatkan oleh pendukung masing-masing ada yang memanfaatkannya dengan cara playing victim seolah-olah disudutkan oleh agama tertentu agar mendapat simpati publik dan bukan tidak mungkin hal tersebut yang akan dimanfaatkan oleh pasangan calon tertentu karena berpotensi meraup suara dari strategi tersebut, namun yang perlu digaris bawahi adalah DKI Jakarta perlu sosok santun, tegas dan pro terhadap semua kalangan termasuk rakyat kecil dan juga pemimpin yang menjadi tauladan bagi rakyatnya dengan memperhatikan program-program yang pro terhadap rakyat agar ekonomi rakyat di Jakarta tumbugh secara setara”, tutup Panji. (Bams)