MEDIAHARAPAN.COM – Dalam korespondensi antara Turki dan negara-negara Eropa yang terlibat konflik perang mulut dengan pemerintah Erdogan sejauh ini, Menteri Kehakiman Turki, Bekir Bozdag menyoroti beberapa kekhawatiran.
Bozdag menulis surat balasan kepada Menteri Kehakiman Jerman, Heiko Maas berkenan dengan penahanan jurnalis Jerman, Deniz Yucel.
Menurut Bozdag yang dilakukan Deniz Yucel merupakan tindakan terorisme berupa propaganda bukan kegiatan jurnalisme seperti pernyataan pembelaan yang dilontarkan Heiko Maas.
Dia menunjukkan bahwa menteri Turki tidak dapat mencampuri sistem peradilan dan mengatakan pengadilan akan membuat keputusan secara independen tanpa pengaruh luar, seperti yang ditulis Kantor Berita Turki, Anadolu, Kamis (17/3).
Bozdag juga menyoroti meningkatnya Islamophobia, xenophobia dan rasisme di Eropa.
Dia terutama menyuarakan keprihatinan soal kurangnya progres dalam kasus pembunuhan oleh kelompok Nasionalis Sosialis Bawahtanah (NSU) yang menargetkan etnis Turki dan serangan tahun 1993 berupa pembakaran di kota Solingen yang menewaskan tiga anak perempuan dan dua perempuan dari keluarga Turki.
Sekitar 2,5 juta warga Turki yang tinggal di Eropa berhak untuk memberikan suara dalam referendum bulan April untuk memberikan presiden kekuasaan luas. Pada akhir pekan, dua menteri Turki dicekal dari menangani pemilih di kota Rotterdam, Belanda memicu tanggapan marah dari Ankara.
Insiden ini menyusul pembatalan acara kampanye di Jerman yang mendorong Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh pihak berwenang Jerman melakukan praktek Nazi.
Bozdag bersama dengan Erdogan, dicegah mendatangi warga Turki di Jerman, mengatakan peristiwa itu sengaja dibatalkan dan bertentangan dengan demokrasi, aturan hukum dan hak asasi manusia.
“Perlu diketahui bahwa Turki dan bangsa Turki tidak akan melupakan mereka yang mendukung Turki dan orang-orang yang meninggalkan Turki di masa-masa sulit.” Kata Bodzag dalam suratnya.
Menteri Bozdag mempertegas pernyataan Turki sebelumnya bahwa Jerman merupakan pelabuhan teroris PKK, DHKP / C, dan Organisasi teroris Fetullah, namun justru Jerman menuduh Ankara yang berusaha mengatur kudeta Juli 2016 lalu.
“Kita tidak menginginkan hubungan yang mengakar antara Turki dan Federal Jerman rusak oleh organisasi teroris, (seperti) Putschists dan mereka yang menentang Turki,” tambah Bozdag.
“Bersama-sama kita harus melawan mereka,” Bekir Bozdag menambahkan. (MH029)