MEDIAHARAPAN.COM, Istanbul – Enam bulan setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, Presiden AS Donald Trump masih belum melakukan apa pun untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku, demikian The Washington Post menulis, pada Senin (2/4).
Dalam sebuah opini, surat kabar itu mengatakan secara luas diyakini bahwa Khashoggi, kontributor The Washington Post, dibunuh atas perintah Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Namun Bin Salman serta koordinator operasi, Saud al-Qahtani, masih menikmati kebebasan.
Oktober lalu, Khashoggi memasuki konsulat Saudi di Istanbul, di mana ia kemudian dibunuh. Setelah menawarkan serangkaian perubahan narasi untuk menjelaskan apa yang terjadi, pemerintah Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi telah meninggal di sana, tetapi menyalahkan terjadi penyimpangan operasi ekstradisi di lapangan.
“Sekarang, setengah tahun setelah tindakan keji ini mengejutkan dunia, ada baiknya mempertimbangkan apa yang harus direspon – dan apa yang tidak,” tulis The Post.
“Mohammad bin Salman telah keliling dunia, bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, bergaul akrab dengan Cina, dan bergaul dengan para pemimpin dunia lainnya sebagai bagian dari tur global untuk merehabilitasi reputasinya,” katanya.
Namun surat kabar itu memuji upaya masyarakat internasional untuk mengutuk pembunuhan dan seruan untuk mengambil tindakan. Sekitar 36 negara telah bersatu di Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk mengutuk pembunuhan dan meminta Saudi untuk bekerja sama dengan penyelidikan PBB.
Kongres mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri dukungan AS terhadap koalisi perang pimpinan Saudi di Yaman dan berulang kali menyelidiki dan mengkritik respon Washington terhadap pembunuhan itu.
Sementara itu, Trump telah mengambil pendekatan yang jauh berbeda, menurut The Washington Post. Presiden telah menghindari kritik terhadap putra mahkota Saudi, Trump mengambil tindakan lebih lanjut terhadap kerajaan selain menjatuhkan sanksi pada 17 orang yang dinilai Saudi bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
“Dalam respon yang tidak berfungsi ini, Trump tidak hanya melanggar hukum. Ia juga merusak kredibilitas dan otoritas moral Amerika Serikat,” tulis surat kabar itu.
“Enam bulan lagi tidak dapat berlalu tanpa pertanggungjawaban atas kejahatan yang menjijikkan ini. Keadilan bagi seorang jurnalis yang tidak bersalah – dan kepentingan paling penting Amerika – tidak membutuhkan sikap diam,” tambahnya. (Anadolu/bilal)