MEDIAHARAPAN.COM, Baghdad – Irak telah diguncang oleh protes massa selama berhari-hari, ribuan pemuda berdemonstrasi di berbagai bagian negara itu menentang korupsi, pengangguran, dan layanan publik yang buruk.
Pasukan keamanan merespons aksi unjuk rasa dengan menembakkan meriam air, gas air mata, peluru tajam dan peluru karet. Puluhan pengunjuk rasa telah tewas dan ratusan lainnya terluka.
Ketegangan diperburuk dengan adanya pemblokiran internet hampir total, ketika pihak berwenang berusaha untuk mencegah pengunjuk rasa berkomunikasi satu sama lain atau memposting rekaman demonstrasi secara online.
Demonstrasi yang sebagian besar tanpa pemimpin adalah tantangan terbesar bagi pemerintah satu tahun Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi, yang telah memberlakukan jam malam di ibu kota, Baghdad, dan kota-kota lain untuk mencoba menghentikan aksi protes berkonsolidasi.
Korban Tewas Meningkat
Komisi Hak Asasi Manusia Irak melaporkan bahwa jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 73 otang, termasuk enam anggota pasukan keamanan, dan lebih dari 3.000 orang lainnya terluka.
Sebanyak 540 demonstran telah ditangkap, dan hampir 200 orang di antaranya ditahan, tambah komisi itu.
Imran Khan dari Al Jazeera, melaporkan setelah jam malam dicabut dari Baghdad pada hari Sabtu, ia mengatakan bahwa sementara masih ada pengunjuk rasa di jalan-jalan, mereka tidak dalam jumlah pada hari-hari sebelumnya.
“Ada banyak kritik dari semua aspek masyarakat Irak ketika jam malam diberlakukan,” katanya, berbicara dari ibukota.
“Jam Malam tidak pernah menjadi solusi jangka panjang, jangka pendek atau bahkan jangka menengah untuk krisis Irak. Pemerintah tidak punya banyak pilihan selain benar-benar mencabutnya, sehingga mereka dapat membuat Baghdad bergerak.” (aljazeera)