MEDIAHARAPAN.COM, Tanah Datar, Sumatera Barat-Diera digital saat ini berbagai problema bisa saja terjadi. Transformasi digital telah mengubah berbagai kebiasaan dan tatacara kehidupan masyarakat, tidak bisa dipungkiri instrumen aktifitas masyarakat dengan berbagai kemajuan teknologi informasi, terutama tingkat aksi kehidupan manusia secara tradisional atau modern.
Dengan kemajuan teknologi begitu cepat seperti halnya gadget, media online, akibat dari itu semua nyaris nilai-nilai moral dan akhlak dalam kehidupan tergradasi maupun kian tersedutkan. Umat Islam harus berkontribusi nyata di era digitalisasi sebagai bentuk mewujudkan peradaban modern yang lebih manusiawi dan damai.
Hal itu dikatakan Ketua Himpunan Ilmuan dan Sarjana Syariah Islam (HISSI) Sumatera Barat Dr. Syukri Iska, M.Ag, Jum’at (11/10) ketika rapat persiapan Batusangkar International Conference (BIC) IV atau Konferensi Internasional Batusangkar yang akan digelar Pascasarjana IAIN Batusangkar pada 14 dan 15 Oktober ini.
Syukri Iska menyebutkan BIC IV ini mengusung tema “Building Modern Islamic Civilization Through 4.0 Industrial Revolution and 5.0 Society Era”. Konferensi yang digelar setiap tahun ini diharapkan mampu menghasilkan konsep Islam dalam menghadapi era digitalisasi dan mampu merumuskan kebutuhan umat Islam.
Direktur Pascasarjana IAIN Batusangkar ini juga menyampaikan jika kegiatan ini akan berkolaborasi dengan Organisasi “Himpunan Ilmuan dan Sarjana Syariah Islam” (HISSI) Provinsi Sumatera Barat, mengingat kesamaan program dan visi HISSI.
“Tantangan hari ini dengan kecanggihan sistem informasi yang semakin terbuka dan banyaknya masyarakat yang melek persoalan teknologi, baik secara khusus dan secara umum, sehingga membuat munculnya pemikiran-pemikiran dan tulisan-tulisan di media sosial menjadi viral dan sulit di pertanggung jawabkan serta berdampak luas,” ucap Syukri.
Lebih lanjut kata Syukri, menghadapi tantangan tersebut, ini semua diperlukan usaha yang komprehensif dalam kajian perspektif Islam, guna membangun peradaban Islam modern di era digitalisasi.
Terkait pembicara pada BIC-IV tahun 2019 ini dikatakannya akan mengundang pembicara utama (Keynote Speaker) Prof. Dr. M. Arskal Salim GP, M.Ag. Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.
Untuk tema yang dibahas Syukri sampaikan, sejumlah subtema akan dibahas/dikaji secara spesifik oleh Plenary Speaker, “Philosophycal Concept of Psychospiritual in 4.0 Industrial Revolution and 5.0 Society Era” oleh Prof. Dr. Che’ Zarrina Saary dari Malaysia, “Quranic Perspective in Creating Work Etic in 4.0 Industrial Revolution and 5.0 Society Era” oleh Prof. Dr. Hasan Zaini, M.A dari Indonesia, “Industry 4.0 for What?: Higher Education in the Era of Hyperdigitalization“ oleh Sulfikar Amir, Ph.D dari Singapore, “Islamic Financial System in 4.0 Industrial Revolution and 5.0 Society Era“ oleh Dr. Adiwarman Azwar Karim, SE., MBA., MAEP. dari Indonesia dan “Contemporary Islamic Law in 4.0 Industrial Revolution and 5.0 Society Era“ oleh Dr. Aly Abdelmoneim Abdelwanis dari Mesir.
“Salain itu dalam konferensi ini ada penyajian pemakalah dengan Sistem Paralel, yang telah menyatakan akan hadir sebanyak 42 orang, baik datang dari dalam maupun luar IAIN Batusangkar, seperti Provinsi Pontianak, Kendari, Manado, Aceh, Jambi, Palembang dan Lampung, keseluruhannya 300 orang, baik Keynote Speaker, Plenary Speaker, Speaker Paralel and Participan. “tutur Syukri”
Sementara itu ditempat terpisah Rektor IAIN Batusangkar Dr. H. Kasmuri, M.A mengatakan dukungan penuh terhadap acara Batusangkar International Conference (BIC) IV tersebut, dan menyampaikan jika kegiatan ini sagat penting dan strategis, dikarenakan dengan beragam perubahan besar pada saat ini, seperti era revolusi industri (Industri 4.0) dan akan menghadapi (Society 5.0).
“Melalui konsep ini bisa membuka peluang kita menghadapinya, dan yang lebih penting kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyiapkan generasi milenial menjadi yang kompetitif dan produktif. Dan juga akan capaian sasaran visi IAIN Batusangkar, yakni “Integratif Dan Interkonektif Dalam Keilmuan, Berkearifan Lokal, Bereputasi Global,” ucap Kasmuri. (Irfan F)